Home BERITA Renungan Harian 10 Maret 2021: Identitas

Renungan Harian 10 Maret 2021: Identitas

0
Pertemuan Paus Fransiskus dan pemimpin Kelompok Syiah Irak Ayatollah Ali al-Sistani di Kota Suci Najaf, Irak. (Ist)


Bacaan I: Ul. 4: 1. 5-9
Injil: Mat. 5: 17-19
 
BEBERAPA hari ini, berita baik di media sosial maupun media cetak dan elektronik banyak memberitakan kunjungan Bapa Suci Sri Paus Fransiskus ke Irak. Banyak ulasan  tentang kunjungan Sri Paus ini; terlebih perjumpaannya dengan pemimpin Kelompok Syiah di Irak.
 
Kedatangan Sri Paus ke Irak membawa pesan perdamaian dan sekaligus memberikan harapan pada kaum minoritas di sana yang selama ini mengalami perlakuan yang buruk.

Perjumpaan Sri Paus dengan pemimpin Syiah Ayotollah Ali al-Sistani memberi angin segar bagi kaum minoritas yang tertindas, karena ada janji dan jaminan perlindungan dari pemimpin Syiah.

Kehadiran Sri Paus bukan hanya memberikan harapan baru tetapi juga meneguhkan bagi rakyat Irak yang mengalami penderitaan cukup lama.
 
Kedatangan Sri Paus mengajak seluruh agama-agama untuk hidup berdampingan secara damai. Agama-agama sering kali menjadi sumber perpecahan dan permusuhan yang mengakibatkan penderitaan dan perendahan martabat manusia.
 
Kunjungan Sri Paus menjadi tindakan simbolik yang mewartakan identitas orang beriman adalah membangun jembatan kasih; mempertemukan dan merajut yang terpisah oleh kebencian dan permusuhan dalam ikatan cinta.

Sri Paus dengan tindakan simbolik itu menegaskan bahwa identitas orang beriman bukan pada pakaian dan aksesoris bukan pula kehebatan agamanya dengan merendahkan dan atau meniadakan agama lain; melainkan identitas orang beriman adalah kasih, mewartakan wajah belas kasih Allah dalam hidup sehari-hari.
 
Apa yang dilakukan Sri Paus di Irak dengan segala risiko yang tidak ringan memberikan pesan yang amat kuat di dunia yang penuh dengan konflik antar agama.

Banyak diantara kita yang sering kali tanpa sadar menjadi pemicu konflik-konflik antar agama dalam skala yang paling kecil dan sederhana.

Dan sering kali sumbernya adalah pemahaman yang salah dengan identitas paling utama dari hidup beragama kita. Sikap eksklusif yang bersumber pada rasa agamanya paling hebat dan benar tanpa menebarkan kasih.
 
Sebagaimana Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam kitab Ulangan: “Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaan dan akal budimu di mata bangsa-bangsa.”
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah aku menjadi bagian dari orang-orang yang terjebak dalam identitas semu sebagai orang beriman?
 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version