- Bacaan I: Kis. 15: 1–6.
- Injil: Yoh. 15: 1–8
ADA pepatah “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Pepatah itu diartikan bahwa perilaku anak seharusnya serupa dengan perilaku orang tuanya.
Zaman dahulu, pepatah itu seolah–olah menjadi hukum yang berlaku di masyarakat. Perilaku anak dikaitkan dengan orang tuanya.
Bahkan menjadi semacam “tuntutan” bagi anak untuk berperilaku yang baik, sekurang-kurang seperti orang tuanya.
Misalnya kalau orang tuanya guru. maka anaknya harus rajin, pandai, dan sopan. Kalau anak petani, sekurang-kurangnya mengerti tentang pertanian. Maka seandainya anak guru pandai dan rajin, maka orang akan mengatakan:
”Pantes dia seperti itu, kan orang tuanya guru.”
Seandainya anak itu berkelakuan sebaliknya, maka orang akan mengatakan:
”Anak guru kok seperti itu ya?”
Pada masa itu, pepatah itu juga seolah menjadi tolok ukur apakah benar anak itu anak kandung dari orangtuanya. Misalnya anak seorang guru tetapi “berandalan”, maka orang akan mempertanyakan apakah betul anak itu anak kandung seorang guru.
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan Yohanes berbicara soal buah.
Ukuran kedekatan dengan Yesus diukur dari buahnya. Kalau aku menghasilkan buah maka aku menempel dan hidupku bersumber dari Yesus.
Namun ternyata ukurannya bukan sekedar berbuah. Yesus mengharapkan aku berbuah banyak. Karena dengan berbuah banyak maka aku akan memuliakan Allah.
Pertanyaan yang muncul adalah, buah macam apa yang seharus muncul dari diriku yang menunjukkan bahwa aku menempel pada Yesus?
Apa artinya aku berbuah banyak sehingga memuliakan Allah Bapa?
Iwan Roes RD
PS: Untuk membaca renungan sebelumnya, silakan kunjungi dan follow IG kami
- @clcindonesia
- @clcjakarta
- @clcbandung