Home BERITA Renungan Harian 14 Maret 2021: Lolos

Renungan Harian 14 Maret 2021: Lolos

0
Ilustrasi - Lampu merah dan lolos dari kecelakaan membawa maut. (Ist)

Minggu Prapaskah IV
Bacaan I: 2Taw. 36: 14-16. 19-23
Bacaan II: Ef. 2: 4-10
Injil: Yoh. 3: 14-21
 
DALAM sebuah pertemuan, ada seorang bapak memberi kesaksian bagaimana ia lolos dari maut.

Bapak itu bercerita bahwa ia pulang dari sebuah kota yang jauhnya 18 jam dari rumahnya dengan berkendaraan mobil. Ia menyetir sendiri, karena memang ia senang menyetir.

Dalam perjalanan pulang ke rumahnya setelah menempuh perjalanan  lebih 10 jam, dia merasa kelelahan dan mengantuk.

Namun ia belum mau beristirahat karena ingin segera sampai di rumah. Karena lelah dan mengantuk nampaknya saat menyetir dia tertidur sehingga mobil yang dikendarai terperosok ke dalam jurang.
 
Ia terkejut tetapi sudah terlambat, karena mobil sudah berguling-guling terperosok. Bapak itu bercerita ketika dia sadar mobil terguling-guling dalam ketakutannya, dia menyebut nama Tuhan dan pasrah.

Dia yakin karena dia beriman dan selalu memuji Tuhan, pasti Tuhan menyelamatkan.
 
Dan benar, Tuhan menyelamatkan dirinya. Meski mobilnya rusak parah, dia bisa lolos dari maut.

Dia merasa sempat pingsan tetapi kemudian sadar dan keluar dari mobil yang rusak parah. Bahkan dia bisa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
 
“Saudara-saudari, Tuhan mencintai saya, maka saat terguling saya yakin Tuhan pasti menyelamatkan saya, pasti memberi kekuatan pada saya, karena saya punya iman. Dan terbukti saya bisa selamat, meski sempat pingsan saya bisa berjuang untuk meloloskan diri mobil yang rusak parah,” bapak itu menutup kesaksiannya diiringi tepuk tangan semua yang hadir.
 
Ada seorang anak muda yang bertanya: “Pak, apakah pada saat kecelakaan tidak ada penduduk atau orang lewat yang menolong?”

Mendengar pertanyaan anak muda itu, bapak itu diam sebentar lalu menjawab. “Ada banyak orang yang menolong saya. Mereka membantu saya mengeluarkan dari mobil dan menggotong saya ke atas serta membawa saya ke rumah sakit.”

Spontan semua orang di dalam ruang itu mengeluarkan kata: “Ooo.”

Beberapa orang di sebelah saya, berkomentar lirih: “Itu mah namanya diselamatkan penduduk, bukan berjuang sendiri.”

Kami yang mendengar komentarnya tersenyum.
 
Kenapa kami spontan mengeluarkan “ooo” dan tersenyum ketika mendengar komentar karena bapak itu menghilangkan peran penduduk yang menyelamatkan.

Dari kisahnya kami menangkap bapak itu berjuang sendirian untuk menyelamatkan dirinya dari maut.

Tentu kami tidak menyangkal bahwa penduduk adalah perpanjangan tangan Tuhan, tetapi dalam kesaksiannya tidak diceritakan.
 
Banyak di antara kami yang berkomentar “miring” mendengar kesaksian bapak itu.

Ada yang mengatakan ada unsur kesombongan dalam dirinya, dan sengaja menghilangkan peran penduduk yang menolong untuk menonjolkan dirinya.
 
Sikap bapak tadi, kiranya sering ada pada diriku, merasa hebat, merasa bisa dan memegahkan diri dengan melupakan dan sengaja menghilangkan peran orang-orang baik yang menjadi perpanjangan tangan Tuhan.

Bahkan dalam hidup beriman pun, aku sering terjebak bahwa aku bisa mengupayakan keselamatan hidupku dengan perjuanganku sendiri.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam surat St. Paulus kepada jemaat di Efesus: “Jadi, keselamatan itu bukan hasil pekerjaanmu. Maka jangan sampai ada orang yang memegahkan diri. Sebab, sesungguhnya kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya.”
 
Bagaimana dengan aku?

Apakah bagian dari orang-orang yang memegahkan diri dengan bersarang di rumah orang?
 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version