PW. SP. Maria Ratu
Bacaan I: Yeh. 43: 1-7
Injil: Mat. 23: 1-12
PADA masa sekarang, media sosial menjadi sarana ekspresi diri yang luar biasa. Media sosial menjadi sarana ekspresi yang mudah, dan murah. Banyak orang memanfaatkan sarana itu untuk menampilkan berbagai macam ekspresi diri.
Sudah barang tentu sebuah sarana pada dirinya netral. Sarana itu menjadi positif atau negatif amat bergantung dari yang menggunakan sarana itu. Kalau mencermati media sosial, apa yang diunggah ada begitu banyak ekspresi yang bagus, bermutu dan mendidik. Namun juga tidak sedikit pula yang “receh”. Tidak jelas maksudnya.
Sebagaimana disebut di atas, ada cukup banyak orang yang menggunakan sarana ini untuk mengekspresikan hal-hal yang cenderung negatif dan destruktif.
Pengguna dengan mudah mengeluarkan pendapat yang cenderung menyerang orang lain dan merendahkan orang lain. Bahkan pilihan kata-kata yang digunakan sering kali kata-kata yang tidak pantas digunakan untuk dialamatkan pada pribadi lain.
Beberapa kali pengguna media sosial harus berurusan dengan hukum pidana berkaitan dengan apa yang ditulisnya. Apa yang terjadi kemudian mereka yang berurusan dengan hukum ini minta maaf dan memberi alasan melakukan itu karena khilaf.
Akhir-akhir ini muncul perdebatan, berkaitan dengan masalah pidana yang menimpa beberapa pengguna media sosial.
Ada yang menyatakan mengapa di negeri yang merdeka ini sekarang orang tidak punya kebebasan berpendapat dan mengekspresikan diri. Bukankah mengemukakan pendapat adalah hak setiap pribadi.
Tanpa bermaksud untuk masuk dalam perdebatan itu, ada keprihatinan besar dalam diri saya yaitu hilangnya kesantunan dalam berpendapat dan berekspresi.
Dengan hilangnya kesantunan maka hilang pula penghargaan terhadap pribadi lain. Bahkan menjurus pada perendahan martabat kemanusiaan.
Sikap santun mengandaikan adanya rasa hormat terhadap pribadi lain.
Dengan sikap santun ada perendahan diri dan menempatkan pribadi lain sebagai pribadi yang berharga. Pada gilirannya ia akan mendapatkan penghargaan yang tinggi dari pribadi lain karena kesantunannya itu.
Benarlah sabda Tuhan sejauh diwartakan Matius: “Barang siapa merendahkan diri, akan ditinggikan.”