- Bacaan I: Kis.18: 9-18
- Injil: Yoh. 16: 20-23a.
BEBERAPA hari yang lalu di suatu pagi, saya menerima pesan dari seorang sahabat. Dia mengabarkan bahwa berdasarkan pemeriksaan dokter, dia menderita kanker.
Berita yang mengejutkan bagi saya. Terbayang dalam benak saya, betapa dia sedih dan syok mendengar vonis itu.
Ia seorang yang luar biasa enerjik, seorang pekerja keras, yang bekerja untuk menyejahterakan keluarganya. Tiap kali saya membaca pesan darinya, ia sedang bepergian ke sana ke mari untuk urusan pekerjaan. Bahkan sering kali baru mendarat pagi hari, malam hari sudah terbang lagi untuk menjalankan pekerjaannya. Dan sekarang dia harus mengalami sakit yang menakutkan bagi semua orang.
Namun membaca pesannya, saya tidak menangkap kesan bahwa dia seseorang yang sedang menderita dan syok.
Ia mengatakan bahwa saat ini adalah anugerah Tuhan bagi dirinya untuk menjalani tahun sabhatical. sembari menjalani pengobatan, dia mau kembali merefleksikan dan mengumpulkan kembali pengalaman-pengalaman berahmat dalam hidupnya.
“Saya sempat kaget, syok, dan sedih ketika mendengar vonis dokter” katanya.
“…Tetapi sesaat kemudian saya ingat dalam banyak pengalaman perjalanan ziarah, saya merenungkan sengsara Tuhan di via dolorosa (Jalan Salib di Israel), dan saya memanggul salib. Saya berjuang untuk menghayati itu dan selalu mohon agar boleh merasakan kesedihan yang mendalam bersama Yesus yang menderita. Dan saat ini, saya mendapatkan rahmat ini, sepanjang hari-hari ke depan, entah sampai kapan.”
Pengalaman itu membuatnya bahagia dan bersyukur akan sakitnya. Ternyata lewat sakit ini Tuhan memberi anugerah besar baginya untuk sedikit mengalami penderitaan Tuhan.
“Saya merasakan ada kesedihan, kecemasan, rasa sakit, juga kegamangan untuk menjalani hari-hari. Tetapi ternyata semua itu tidak bisa mengalahkan kebahagiaan dan syukur atas anugerah sakit ini”
“Saya sudah berserah. Kedalam tanganMu kuserahkan hidupku” katanya mengutip teladan Bunda.
“Saya sudah siap untuk menerima anugerah apapun di depan. Saya punya harapan akan kesembuhan, tetapi tidak juga takut bila Tuhan memanggil.”
Wow, luar biasa pekikku dalam hati. Sebuah pengalaman kegembiraan batin (consolatio) yang luar biasa yang dialaminya. Saya mengiring syukur dan doa baginya.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan Yohanes: “Kamu sekarang akan diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira, dan tidak seorangpun yang dapat merampas kegembiraan itu dari padamu.”
Kegembiraan rohani yang mendalam; buah perjumpaan dengan Tuhan; menjadi harta yang luar biasa bagi seseorang.
Dia yang mengalami akan merasakan betapa kegembiraan itu mengalahkan segalanya, dan kegembiraan itu tetap akan tinggal dalam dirinya.
Namun kegembiraan rohani (consolatio) bukan menjadikan seseorang sebagai penikmat dan mengumbar kegembiraan. Sebalik kegembiraan itu menjadi daya dorong bagi seseorang untuk berjuang mewartakan Dia yang memberikan anugerah kegembiraan itu.
Dapatkah saya menemukan dan merasakan kegembiraan rohani (consolatio) di masa sulit dan berat ini?
Iwan Roes RD