- Bacaan I: Kis. 20: 28-38.
- Injil : Yoh. 17: 11b-19.
BEBERAPA waktu lalu ada pernyataan dari seorang teman yang membuat saya tersentak dan merenung cukup lama.
Teman saya mengatakan:“…di masa pandemic corona ini banyak gereja berlomba-lomba mengadakan misa online. Bukankah itu berbiaya mahal? Bukankah lebih baik uangnya diberikan kepada orang miskin atau yang membutuhkan?”
“Paroki-paroki minta agar umat dimana pun untuk subscribe. Ini pelayanan atau mau tampil?,” tambahnya.
Saya bertanya pada diri saya sendiri: “Saat aku memutuskan membuat video kotbah apa yang mendorong saya? Juga ketika kemudian ada umat yang menawari untuk misa live streaming, apa yang mendorong saya untuk menyetujui? Ikut tren? Ingin terkenal? Membunuh kebosanan? Atau ikut dalam “persaingan” ?
Pada saat Bapak Uskup Keuskupan Bandung memutuskan bahwa Perayaan Ekaristi tidak diikuti umat, saya memutuskan untuk setiap hari merayakan ekaristi pribadi di gereja. Saya mulai menikmati dan nyaman dengan merayakan ekaristi pribadi. Setiap kali kotbah bisa saya isi dengan meditasi pribadi.
Setelah satu pekan berjalan umat mulai bertanya kenapa paroki, kita tidak mengadakan misa online, kami ingin ikut misa di paroki sendiri. Pertanyaan itu menyadarkan saya untuk menemukan bentuk-bentuk penggembalaan dan pelayanan bagi umat yang dipercayakan kepada kami dalam situasi seperti ini.
Bertolak dari hal itu dan didasari keinginan untuk menyapa umat, maka saya membuat rekaman kotbah yang bisa saya bagikan kepada umat.
Syukur pada Allah, kemudian ada umat yang menawari untuk mengusahakan misa online dengan memanfaatkan sarana yang sudah tersedia yaitu jaringan internet (wifi) dan camera CCTV yang biasanya disambungkan dengan monitor di luar gedung gereja ketika misa hari minggu.
Pada saat itu tidak terbersit sedikit pun dalam diri saya untuk menjadi terkenal atau masuk dalam bursa “persaingan”.
Kiranya misa-misa online dan romo-romo membuat video-video adalah usaha kami para pelayan yang mendapat tugas penggembalaan untuk selalu menyapa dan hadir di tengah-tengah umat yang dipercayakan pada pelayanan kami.
Di samping itu selalu berjuang melawan godaan untuk mencari popularitas tetap harus diupayakan. Tidak penting berapa subscriber dan viewer nya yang lebih utama adalah melayani, menyapa dan tetap hadir.
Examen conscientiae dan kritik dari teman-teman menjadi bagian penting agar tidak jatuh dalam godaan.
Sebagaimana St. Paulus, sejauh diwartakan dalam Kisah Rasul yang kita dengar dalam bacaan I hari ini mengatakan: “Jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah AnakNya sendiri.”
Tugas pelayanan dan penggembalaan tetap harus diupayakan dan harus semakin kreatif di masa seperti ini, agar umat tetap selalu merasakan kehadiran para pelayannya dan tetap merasakan sapaannya.