PW. St. Agustinus
Bacaan I: 1Kor. 1: 17-25
Injil: Mat. 25: 1-13
BANYAK berita yang mewartakan, banyak orang yang menyebut diri sebagai guru atau pemimpin spiritual yang mengajarkan jalan keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan. Namun, setelah mempunyai banyak pengikut ,kemudian berujung pada penipuan.
Mereka yang menyebut diri sebagai guru atau pemimpin spiritual sudah pasti bukan orang biasa-biasa. Mereka pasti punya kharisma dan kepandaian.
Hal itu terbukti dia mampu menggaet banyak orang sebagai pengikut dan membuat para pengikutnya percaya penuh dengan ajarannya.
Para pengikutnya bisa saja kita menyebut sebagai orang “bodoh” akan tetapi mereka (para pengikut) adalah orang-orang yang mencari keselamatan, kesejahteraan dan kebahagiaan.
Mereka mau menjadi pengikut karena guru atau pemimpin spiritual itu menawarkan apa yang mereka butuhkan.
Dari kisah di atas menunjukkan bagaimana seseorang menggunakan kharisma dan kepandaiannya untuk memanipulasi orang lain demi mendapatkan keuntungan pribadi. Dengan demikian lewat perbuatannya dia telah menyesatkan banyak orang.
Bahasa yang sedikit kasar mereka yang mengaku guru atau pemimpin spiritual itu telah mamanfaatkan “kebodohan” banyak orang untuk kepentingan pribadi.
Apa yang dilakukan oleh para pemimpin atau guru spiritual itu sering kali terjadi pada para pemimpin agama termasuk para pastor.
Bagaimana para pastor atau para pemimpin agama menggunakan kharisma dan kepandaiannya untuk memanipulasi jemaatnya demi kepentingan pribadi.
Kepentingan pribadi tidak selalu harus diartikan sebagai materi yang didapatkan tetapi juga bentuk kultus-kultus individu. Tidak jarang para pastor membangun image kharisma dan kepandaiannya untuk mendapatkan pengkultusan dari jemaatnya. Akibatnya, jemaat disesatkan.
Jemaat cenderung menjadi lebih percaya kepada para pastor atau pemimpin agama dari pada percaya kepada Allah. Para pemimpin agama seharusnya menghantar jemaatnya sampai pada pengalaman akan Allah bukan pada kehebatan dan kemegahan para pemimpin agama.
Apa yang dimanipulasi oleh mereka adalah kerinduan jemaat akan keselamatan.
Surat Santo Paulus kepada jemaat di Korintus menyatakan: “Kami memberitakan Kristus yang tersalib, suatu sandungan bagi orang Yahudi, tetapi bagi mereka yang dipanggil, Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah.”
Pewartaan tentang Kristus yang tersalib adalah pewartaan tentang pengorbanan yang sehabis-habisnya demi keselamatan manusia.
Oleh karenanya berbeda dengan para pemimpin spiritual, pemimpin agama atau guru yang memanipulasi pengikutnya demi keuntungan pribadi.
Ciri utama adalah pemberian diri. Kalau ada yang mengaku diri sebagai pemimpin spiritual atau pemimpin agama menggunakan kharisma dan kepandaiannya untuk mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri sudah pasti ada unsur manipulasi.
Bagaimana dengan aku? Bukankah aku senang bila ada orang atau kelompok orang mengkultuskan atau mengidolakanku?
Bukankah aku sering berjuang untuk mendapatkan keuntungan pribadi? Jadi siapa aku yang sebenarnya?