PW. St. Dominikus
Bacaan I: Hab. I: 12-2: 4
Injil: Mat. 17: 14-20
MAS Brewok, begitu sapaan akrab pria setengah baya itu. Saya tidak tahu persis siapa namanya, yang saya tahu dan saya biasa memanggilnya Mas Brewok.
Saya kenal dengan Mas Brewok, karena saya sering mampir membeli dagangannya. Dia berdagang bakso; karena warung kaki limanya di bawah pohon waru, maka pelanggannya menyebut bakso “sor waru”.
Setahu saya, dia dagang di situ belum terlalu lama, mungkin sekitar 3 tahun, karena saya masih mengalami membeli baksonya saat dia masih berkeliling dengan gerobaknya.
Baksonya enak dan pedagangnya amat ramah, sehingga warung baksonya amat laris.
Hari itu, ketika saya mampir ke warungnya, ternyata warungnya tutup. Saya melihat mas Brewok sedang menggergaji papan tripleks.
Saya menyapa dia: “Mas, warungnya mau diperluas ya, wah hebat.”
Dia menjawab: “Nggak mas, ini membantu teman yang mau dagang di sebelah.”
“Kapan mulai dagang lagi?” tanyaku.
“Besok sudah dagang, ini libur sehari saja,” jawabnya.
Dua hari kemudian, saya sengaja mau beli bakso ke tempat mas Brewok. Saya terkejut karena warung sebelah Mas Brewok, ternyata juga berjualan bakso. Saya terkejut, karena Mas Brewok membiarkan orang lain berjualan dengan dagangan yang sama, dan bahkan dia libur tidak dagang karena membantu mempersiapkan warung pesaingnya.
Karena begitu penasaran maka sambil makan bakso saya bertanya ke Mas Brewok: “Mas, gimana sih, kok sampeyan membiarkan orang dagang bakso di sebelah warung sampeyan? Udah gitu dirimu libur untuk membantu dia bikin warung?”
“Mas, aku yakin kok, kalau rezeki itu tidak akan tertukar. Yang Kuasa sudah mengatur rezeki masing-masing,” jawabnya.
“Sampeyan tidak takut kalau langganan sampeyan pindah ke sebelah?,” tanyaku lagi.
“Nggaklah mas, ngapain takut, kan sudah ada yang ngatur, jadi percaya dan pasrah aja,” jawabnya.
Luar biasa Mas Brewok ini, kataku dalam hati. Saya tidak tahu apa yang ada dalam batin dan budinya, tetapi apa yang dikatakan merupakan ungkapan iman yang luar biasa.
Kepercayaan pada Yang Kuasa begitu mendalam dan dihidupi.
Iman yang luar biasa, yang dihidupi dengan cara sederhana dan diungkapkan dengan cara sederhana pula. Seperti diungkapkan oleh Nabi Habakuk: “Orang benar akan hidup berkat imannya.”