Renungan Harian
Senin, 10 Mei 2021
Bacaan I: Kis. 16: 11-15
Injil: Yoh. 15: 26-16:4a
BEBERAPA tahun lalu, saya mengalami situasi amat mencekam. Terjadi ketika sekelompok orang dari kelompok garis keras mendatangi kapel di stasi dan menuntut agar kapel itu ditutup.
Situasinya menjadi amat mencekam, karena mereka datang dengan berteriak, marah-marah, dan tidak bisa diajak berdialog.
Mereka datang dengan tujuan bahwa kapel itu harus tutup.
Saya ingat persis bahwa pada saat itu aparat keamanan yang datang bukan membubarkan mereka.
Tetapi justru meminta saya agar menyetujui kapel itu ditutup agar situasi menjadi kondusif.
Bagi saya pribadi, saat itu tengah di situasi yang tidak mempunyai pilihan lain, selain menyetujui.
Seandainya saya tidak menyetujui kapel pasti dirusak. Dan yang lebih berbahaya adalah umat di sekitar kapel akan mengalami tekanan.
Sudah barang tentu situasi ini amat memprihatinkan, apalagi sampai sekarang kapel itu tidak bisa digunakan.
Sikap seperti sekelompok orang yang radikal itu pernah juga terjadi di dalam Gereja.
Pada masa lalu, Gereja pernah berpandangan bahwa kebenaran dan keselamatan hanya ada di dalam Gereja. Sehingga mereka yang di luar Gereja harus dibuat bertobat dan masuk menjadi anggota Gereja.
Dalam praktiknya, tidak jarang usaha-usaha semacam itu menggunakan sarana kekerasan.
Sikap-sikap semacam itu ada banyak contoh di dalam agama apapun. Semua meyakini bahwa apa yang telah dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan adalah cara untuk memuliakan Allah yang diimaninya.
Semua tindakan itu diyakini menghasilkan anugerah bahkan jaminan keselamatan. Oleh karenanya tidak mengherankan bahwa mereka yang bertindak semacam itu melakukan dengan penuh kebanggaan.
Menarik sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam injil Yohanes.
Yesus bersabda: “Bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat baik bagi Allah. Mereka berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku.”
Sabda Tuhan bahwa mereka berbuat demikian karena mereka tidak mengenal Allah. Maka pertanyaannya adalah pengenalan akan Allah macam apa yang diyakininya.
Demikian pun dalam skala kecil ketika aku menghina dan merendahkan kepercayaan dan keyakinan lain, pertanyaan yang sama tetap berlaku Allah mana yang kukenal dan kuyakini.