Retret: Mengundurkan Diri

0
Ilustrasi: Duduk ngobrol dan syering di salah satu titik tempat duduk di kompleks Rumah Retret Ursulin di Jl. Supratman No. 1, Kota Bandung. (Mathias Hariyadi)

Puncta 03.02.24
Sabtu Biasa IV
Markus 6:30-34

ISTILAH “retret” berasal dari kata “retreat” yang berarti mengundurkan diri. Lalu ada istilah umum yang sering kita dengar yaitu “atret” yang artinya balik arah.

Retret adalah istilah yang umum dipakai di kalangan komunitas biarawan-biarawati untuk berhenti sejenak mencari keheningan, mengendapkan segala rutinitas harian agar hidup menjadi bermakna.

Retret itu seperti dua orang yang sedang berhenti istirahat dari tugas menggergaji batang kayu besar. Mereka butuh istirahat untuk ambil nafas sejenak agar punya tenaga baru untuk menyelesaikan tugasnya.

Retret juga bisa digambarkan sebagai seorang yang naik pesawat. Ia mengambil jarak sebentar dari kehidupannya dan melihat dari atas apa saja yang sudah dikerjakan. Lalu dia akan turun mendarat kembali dengan membawa semangat dan gairah baru.

Waktu retret juga digambarkan seperti seorang yang sedang “nge-charge” baterei yang sudah lowbat agar terisi kembali dan bisa digunakan dengan baik dan lancar.

Yesus pun membutuhkan retret. Setelah para murid menunaikan tugas perutusan, Yesus mengajak mereka untuk retret. “Marilah kita pergi ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah sejenak,” kata Yesus.

Yesus dan para murid-Nya juga butuh berhenti sejenak dan beristirahat karena begitu banyaknya orang yang dilayani. Mengambil waktu sendiri di tempat sunyi adalah bagian dari “ngecharge” tenaga dan kekuatan. Dengan berhenti sejenak kita akan punya tenaga baru yang lebih kuat.

Dalam kehidupan rohani, pergi ke tempat sunyi dan berhenti sejenak digunakan untuk mendengarkan suara Tuhan. Orang Jawa bilang, “maneges kersaning Allah.” Kita melakukan discernment untuk langkah berikutnya.

Orang modern sering dikejar-kejar oleh waktu untuk mengerjakan banyak hal. Ada godaan kita tidak punya waktu untuk hening dan berhenti sejenak. Hidup kita berlalu begitu saja dan tiba-tiba berhenti dengan mendadak karena kelelahan jiwa raga.

Sayangilah diri anda, jangan “ngoyo” membabi-buta mengejar barang duniawi. Gunakan waktu untuk pergi ke tempat sunyi dan berhenti sejenak mensyukuri anugerah ilahi.

Nikmati sawah yang hijau. Dengarkan kicauan burung-burung yang merdu. Dengarkan suara debur ombak atau gemericik air dalam kesendirian. Lihatlah pemandangan alam yang indah.

Nikmatilah keheningan yang damai. Hati anda akan tentram dan gairah hidup akan disegarkan.

Johny Sahilatua menciptakan lagu Damai Bersama-Mu dan dinyanyikan oleh Chrisye. Lagu ini menggambarkan betapa damainya hati yang dekat dengan Tuhan karena ada dalam keheningan bersama indahnya alam ciptaan Tuhan.

“Aku termenung di bawah mentari. Di antara megahnya alam ini
Menikmati indahnya kasih-Mu. Kurasakan damainya hatiku

Sabda-Mu bagai air yang mengalir. Basahi panas terik di hatiku
Menerangi semua jalanku. Kurasakan tenteramnya hatiku

Jangan biarkan damai ini pergi. Jangan biarkan semuanya berlalu
Hanya pada-Mu Tuhan, tempatku berteduh dari semua kepalsuan dunia.”

Cawas, nikmati indahnya alam, hatimu akan damai…
Rm. A. Joko Purwanto Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version