SEBANYAK 62 siswa Kelas IX SMP Pangudi Luhur Santo Alfonsus Wedi, Kabupaten Klaten, mengikuti retret di Rumah Revolusi Mental, Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jumat – Sabtu (17-18/2/ 2017). Kegiatan pembinaan kepribadian dan rohani bagi siswa ini mengangkat tema “Kemanakah Aku Melangkah?”
Kepala SMP Pangudi Luhur Wedi Bruder Yustinus Wahyu Bintarto FIC menjelaskan, retret ini bertujuan sebagai berikut. Pertama, agar siswa menyadari keberadaan dirinya sebagai pribadi yang memiliki potensi atau talenta yang merupakan anugerah dari Tuhan. Kedua, menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang berharga di mataTuhan dan sesama. Ketiga, merawat dan mengembangkan dirinya seoptimal mungkin.
“Kelima, menyadari keberadaannya sebagai remaja putra dan putri serta mampu menggunakannya dengan baik. Keenam, membuat keputusan hidup yang tepat dalam pilihan studi lanjutan. Dan ketujuh, bersyukur atas anugerah hidupnya,” katanya.
Bruder Wahyu mengatakan, narasumber retret dua hari ini adalah Bruder Antonius Teguh Nugroho, FIC. Pada hari pertama diisi dengan acara pembukaan, perkenalan, pemberian materi (sebanyak empat sesi), outbond, dan diakhiri dengan doa malam. Sedang hari kedua diisi dengan acara olahraga, pemberian materi, refleksi, dan diakhiri dengan perayaan ekaristi.
Di awal materinya, Bruder Teguh menyampaikan mengenai “I am a teenager”. Melalui materi ini siswa diajak untuk menyadari, bahwa sebagai kaum muda, mereka mempunyai kesempatan yang banyak untuk berkembang.
Kemudian, Bruder Teguh menyampaikan materi “My lLfe, My Choice”. Dalam materi ini bruder mengarahkan anak-anak untuk bisa berkomitmen atas hidup dan pilihannya.
Berikutnya materi “Arah Langkahku”. Lewat materi ini, anak-anak diharapkan mulai bisa menentukan pilihan pada masa depannya.
Pada malam hari ada rekonsiliasi. Dalam pengantar, Bruder Teguh sharing pengalaman pribadinya. Lalu bruder mengajak anak-anak mengambil inspirasi dari sebuah film yang ditayangkan. Kemudian anak-anak diarahkan untuk menyadari peran penting orangtua. Lalu sebagai lambang bakti dan permohonan maaf pada orangtua, anak-anak melakukan sungkem (sembah sujud) kepada orangtua yang diwakili oleh Ibu Guru Titik dan Pak Guru Harjanto.
Di akhir kegiatan malam itu, anak-anak membuat surat ungkapan kasih untuk orangtua masing-masing. Surat tersebut akan diserahkan kepada orangtua mareka dengan bantuan pihak sekolah.
Bruder Wahyu menyatakan, sekolah perlu memberikan layanan pendidikan secara khusus bagi siswa Kelas IX. Hal ini mengingat siswa Kelas IX berada pada puncak belajar di SMP. Siswa membutuhkan kesiapan secara matang dalam setiap pengambilan keputusan hidup, seperti rencana belajar, mempersiapkan mengikuti ujian, memutuskan pilihan studi lanjut, pertemanan, dan pemeliharaan iman.
“Pemeliharaan iman dalam masa ini menjadi hal yang perlu mendapat perhatian. Karena pada masa ini, siswa berada dalam posisi atau fase pencarian jati diri sebagai remaja. Pada masa ini, siswa juga mengalami situasi perkembangan yang labil, mudah terpengaruh, dan terbawa arus,” ujarnya.
Bruder Wahyu mengemukakan, keputusan menentukan pilihan studi lanjut menjadi hal yang amat penting bagi siswa Kelas IX karena berpengaruh dalam menentukan masa depannya. “Oleh karena itu, pilihan mereka harus mendapat pengolahan secara sungguh–sungguh agar menjadi keputusan yang terbaik bagi dirinya,” tandasnya.