RIBUAN umat Paroki Katedral Atambua, Kabupaten Belu,Timor, NTT, pada hari Jumat tanggal 7 Oktober 2016, mengadakan Prosesi Tri Harta Iman. Ini adalah prosesi ke-31 yang dilaksanakan setiap tahun. Suatu tradisi yang sudah membudaya dan menjadi kekhasan umat paroki Katedral St. Maria Immaculata Atambua.
Ketiga harta iman yang diarak yakni Sakramen Maha Kudus, Alkitab, dan Patung Maria.
Mengapa harus ketiga harta iman ini yang diarak? Ini merupakan gambaran singkat, sederhana namun padat maknanya tentang ketiga harta iman yang tak dapat dipisahkan satu sama lain. Dasarnya adalah: Pada mulanya adalah Firman; Firman telah menjadi manusia dan tinggal di antara kita; Dia datang dan melalui kandungan seorang ibu, Dia tetap tinggal di antara kita dalam Sakramen Maha Kudus.
Prosesi dimulai dari dalam Gereja Katedral Atambua, selanjutnya ketiga harta iman ini diarak mengelilingi lingkungan atau wilayah, se-Paroki Katedral, kemudian berakhir kembali di dalam Gereja. Selama prosesi berlangsung, diisi dengan doa, nyanyian, dan renungan di setiap stasi atau perhentian. Ada lima stasi/perhentian yang harus dilewati oleh umat sebelum berakhir di Gereja Katedral.
Tema prosesi
Tema umum Prosesi Tri Harta Iman yang ke-31 yakni “Keluarga yang Mewartakan dan Bersaksi Seturut Sabda Allah”. Tema ini sesungguhnya diambil dari tema bulan Kitab Suci Nasional 2016. Maksudnya supaya Keluarga-keluarga Kristiani disadarkan kembali serta dipanggil mengambil bagian dalam tugas pewartaan serta bersaksi tentang Allah dalam kehidupannya setiap hari.
“Satu tema menarik yang kita renungan bersama dalam prosesi Tri Harta iman ini adalah ‘Keluarga yang mewartakan dan bersaksi seturut Sabda Allah’. Haruslah disadari bahwa munculnya tema ini, berawal dari keprihatinan yang mendalam dari Paus Fransiskus terhadap penerusan iman dalam keluarga. Bahwa penerusan iman dalam keluarga sedang mengalami kemerosotan,” demikian Rm. Kris Fallo Pr saat membawakan renungan di stasi ke-5.
“Menanggapi keprihatinan Sri Paus maka Gereja menyadari bahwa perlu ada satu gerakan, yang bisa mengembalikan keluarga pada posisinya yakni menjadi dalang utama dalam mewartakan sabda Allah. Keluarga sebagai focus dan locus evangelisasi. Keluarga mesti menjadi pusat dan tempat pertama pewartaan injil. Keluarga adalah sekolah iman dimana anak belajar untuk mengenal Allah”, tandasnya.
Kegiatan Prosesi Tri Harta iman ini akhirnya ditutup dengan pentahtaan Sakramen Maha Kudus dan berkat penutup untuk semua umat di Gereja Katedral Atambua.