TENTANG sosok Romo Albertus Setiawan Gani SJ, maka ingatan penulis langsung menukik di Medan Utama (MU) Seminari Menengah Mertoyudan.
Kenangan akan kisah ini terjadi kurun waktu tahun 1981, ketika Romo Albertus Setiawan Gani SJ mulai mengawali tugas pertamanya sebagai Pamong MU untuk kami.
Sosok perangainya sangat santun, namun kalau bicara tegas. To the point.
Jadilah pribadi solutip
Salah satu hal yang dia perkenalkan kepada kami dulu adalah istilah trouble shooter.
Romo Albertus Setiawan Gani SJ mengajar bidang studi agama. Ia suka menyelipkan satu istilah baru yang waktu itu belum akrab di telinga dan tentu saja juga pernah mengendap di benak pikir. Karena baru pertama kali itu pula, istilah itu terdengar.
Singkat kata, Romo Setiawan suka menyebut, bahwa kita semua ini diajak menjadi trouble shooter. Atau menurut kosakata zaman sekarang: jadilah orang pemberi solusi. Tukang solutip – itu kata Bu Tedjo dalam film pendek bertitel Tilik.
Bukan malah di kemudian hari menjadi seorang trouble maker. Menjadi calon imam itu, kata Romo Gani SJ, ya mesti menjadi sosok trouble shooter. Bukan trouble maker.
Kalau dirunut kembali, barangkali istilah itu sangat “dicintai” almarhum Romo Albertus Setiawan Gani SJ, karena sebelum berkarya di Seminari Mertoyudan sebagai Pamong MU, ia adalah ekonom Jesuit Provinsi Indonesia.
Doa hening
Lalu, sesuatu hal baru juga diasering katakan dan kemudian dia berikan sebagai latihan. Yakni, mulai belajar doa hening. Atau meditasi.
Ia banyak memberi “pelajaran” berupa latihan-latihan doa meditasi atau doa dalam keheningan. Doa tak perlu hanya banyak “kata-kata”; tadi hadir di hadapan Sakramen Mahakudus dan hening berada di sana.
Orang Tionghoa Padang
Tentang keluarga, almarhum Romo Albertus Setiawan Gani SJ tidak terlalu banyak berkisah. Selain hanya senang mengatakan -setidaknya kepada penulis- “Saya ini orang Tionghoa Padang.”
Romo Setiawan Gani SJ juga tak sungkan menyatakan diri sebagai anak kembar.
Saudara kembarnya hidup di Canada dan sampai di tahun 2022 ini masih hidup dengan satu orang anak.
Sementara, adik kandung perempuannya menjadi seorang suster biarawati Ursulin (OSU). Namanya Sr. Paulina OSU (79).
40 tahun kemudian di Providentia Bandung
Barulah 40 tahun kemudian, penulis secara kebetulan bisa “menemukan” di mana Sr. Paulina OSU itu berada. Ia berada dan tinggal di Providentia – rumah kasepuhan untuk para suster Ursulin yang sudah senior dan purna karya.
Di waktu senja hari Senin tanggal 25 Juli 2022, penulis secara tak sengaja berhasil “mendeteksi” keberadaan Sr. Paula OSU di Providentia, Bandung.
Bertemu Sr. Paulina OSU menjadi sangat menarik bagi Titch TV.
Lantaran, kata Provinsial Ordo Santa Ursula Provinsi Indonesia Sr. Monika Lita Hasanah OSU, karena Sr. Paulina OSU ini sosok suster Ursulin yang selalu menjadi “perintis” karya di banyak tempat.
Antara lain di Botswana, Afrika di mana bersama Sr. Lita OSU sendiri, Sr. Paulina OSU mengawali misi para suster Ursulin Indonesia untuk dikaryakan di Botswana.
Mengurusi para pasien AIDS yang di tahun 1995 itu mulai meraja lela di Botswana.
Tidak hanya itu saja, Sr. Paulina OSU ini pulalah yang juga mengawali karya para suster Ursulin Indonesia di Tanah Asmat, Keuskupan Agats di Papua.
Anak kembar, satunya Jesuit dan lainnya awam di Canada
Tentu saja, ada kisah yang menarik dan sangat personal yang bisa ditelisik dari Sr. Paulina Gani OSU ini. Tentang sosok almarhum Romo Albertus Setiawan Gani SJ yang tidak lain adalah kakak kandungnya.
“Romo Albertus Setiawan Gani SJ adalah kakak kandung saya. Ia anak pertama dan lelaki di dalam keluarga,” papar Sr. Paulina OSU yang di awal pertemuan tegas-tegas menolak untuk diajak ngobrol.
Namun, karena penulis amat kenal dengan sosok almarhum Romo Setiawan Gani SJ, maka kekakuan wicara itu dengan mudahnya bisa terurai dan kemudian lumer dalam percakapan santai di taman indah Providentia.
Maka mengalirlah kisah Sr. Paulina OSU tentang sosok “Si Kembar Romo Setiawan Gani SJ”. Juga tentang kisahnya melakukan misi awal Ordo Suster Santa Ursula (Ursulin) di Botswana dan di Agats, Papua.
Karya parokial di Gereja St. Annna Paroki Duren Sawit Jakarta
Romo Albertus Setiawan Gani SJ (1936-2013) meninggal dunia tanggal 21 Oktober 2013. Dalam usia 77 tahun. Demikian tulisan Christie Nathalia dalam sebuah laman blog pribadinya.
Lahir di Jakarta sebagai anak sulung lelaki pertama dari pasutri Gani Gan Tiam Tek dan Ny. Dina Rusli (Lie Giok Kie), Romo Setiawan punya adik kandung bernama Leo, Frans, dan Sr. Paulina OSU – sekedar menyebut beberapa nama saja.
Selain pernah mengampu karya sebagai ekonom Ordo Serikat Jesus Provinsi Indonesia dan Pamong MU Seminari Mertoyudan, almarhum Romo Albertus Setiawan Gani SJ juga mengampu karya parokial di Gereja St. Anna Paroki Duren Sawit, Jakarta Timur.
Karya di Paroki Duren Sawit ini dia lakoni selama hampir lima tahun; mulai tahun 1998 sampai April 2003.
Usai merampungkan karya parokial di Gereja Santa Anna Paroki Duren Sawit, Romo Albertus Setiawan Gani SJ mengampu tugas baru sebagai ekonom dan minister di Kolese Hermanum – tempat para frater Jesuit tinggal di sejumlah unit frateran di Jakarta.