ROMO Prof. Dr. N. Driyarkara SJ adalah nama yang tentunya tak asing lagi bagi publik akademis di Indonesia, terutama hasil pemikirannya di bidang filsafat dan pendidikan. Banyak orang dengan mudah mengenal buah pikirannya, tetapi sulit bisa menelusuri jejak sejarah hidup dan asal-usulnya di balik sosok besar keintelektualannya.
Jejak kisah langkah hidupnya memang bisa dibaca pada sekelumit riwayat yang tertera pada buku-buku yang menerbitkan pemikirannya. Baik itu terbitan tulisan Romo Driyarkara SJ sendiri, maupun para Jesuit yang menyebut atau mengutip pemikirannya.
Menguak siapa Romo N. Driyarkara
Beberapa orang yang telah menulis riwayat hidup Romo N. “Jenthu” Driyarkara SJ anya antara lain Romo F. Danuwinata SJ, Romo FX Mudji Sutrisno SJ, Romo Gregorius Budi Subanar SJ, dan beberapa penulis lain. Akan tetapi, sebagian besar kisahnya berkisar pada periode pendidikannya dan lebih-lebih pada periode dimana beliau menjadi Yesuit, baik masa formasinya maupun karya-karyanya.
Sudah barang tentu periode tersebut penting, karena pengaruh dan kontribusi beliau pada dunia intelektual di Indonesia. Melalui Sesawi.Net, Romo Albertus Sujoko MSC juga telah mencoba menampilkan sosok masa lampau seorang Driyarkara sebagai manusia desa biasa yang akhirnya sanggup menembus dan melampaui “tapal batas” desanya. Terdestinasi turut mencerahi bangsanya, namun tetap menampilkan “kendesoan” dan kesederhanannnya.
Mantan Provinsial SJ Provinsi Indonesia Romo F. Danuwinata SJ pun ikut andil memberi ‘kesaksian’. Romo Danu –demikian mantan Rektor Unika Atma Jaya Jakarta dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ini biasa dipanggil– pernah menjadi murid, sahabat Romo Driyarkara SJ. Ia juga pernah tinggal dalam satu rumah dan menjadi teman sekomunitas almarhum Romo Driyarkara.
Romo Danu lalu menyebut sosok mendiang Romo Prof. Dr. N. Driyarkara yang dia kagumi. Menurut Romo Danu, kesederhanaan dan keintelektualan Romo Driyarkara ibarat dua sisi sebuah mata uang.
Seakan ingin melengkapi tulisan Romo Albertus Sujoko MSC, saya mencoba mengumpulkan serpihan-serpihan ingatan saya semasa kecil di Kedunggubah dimana sebagai anak ‘putra daerah’ Kaligesing di pelosok Purworejo, sering kali mendapati aneka cerita orang sekitar tentang apa dan bagaimana sosok Romo Driyarkara tersebut.
Sebagai anak kampung dimana Romo Driyarkara juga pernah lahir, dibesarkan di Kedunggubah, maka rasa penasaran itu makin lama makin besar untuk sedikit bisa ‘menguak’ kisah mendiang Romo Driyarkara. Tentu saja, melihat Romo Driyarkara SJ sebagaimana sering dibicarakan oleh tetangga dan sanak-saudara saya di Kedunggubah—sebuah dusun kecil di Pegunungan Menoreh, Purworejo, dimana saya juga lahir dan dibesarkan.
Penasaran itu makin membuncah, terutama karena saya tak pernah berhasil menyelami secara utuh baik jejak hidupnya maupun buah pemikiran yang diwariskannya. Rasa penasaran itu masih saya rawat sampai hari ini sembari berharap saya tak segera berhenti mencari dan menyelami warisan pemikirannya. (Bersambung)
Photo credit: Ilustrasi halaman kulit depan buku “Warung Pojok” berisi kumpulan pemikiran Romo Prof. Dr. N. Driyarkara SJ tentang masalah-masalah sosial politik budaya dan diedit oleh Romo G. Budi Subanar SJ, terbitan Universitas Sanata Dharma Press
Artikel terkait:
Yth. Pak Sumartana,
Terima kasih atas tulisan-tulisan Bapak.
Akan menjadi bahan yang sangat berguna untuk mempersiapkan
peringatan 100 tahun kelahiran Prof. N. Driyarkara, SJ.
Tahun depan, 13 06 13 akan genap satu abad kelahiran Djenthu.
Tulisan Pak Sumartana bersama tulisan Rama Sujoko akan menjadi
langkah awal untuk mencapai saat yang berharga itu.
Sekali lagi terima kasih.
Teriring salam hangat, Subanar