TENTANG sosok almarhum Romo Wim van der Weiden MSF, saya harus mengatakan demikian.
Saya mengenal hari-hari hidup bersama almarhum di Biara Nazaret di Jl. Kaliurang selama kurun waktu tahun 1988-1995. Sepanjang tahun-tahun itulah, maka bagi saya pribadi Romo Wim merupakan sosok pembimbing sekaligus guru dalam perjalanan imamat saya.
Kepada beliau, saya menaruh hormat dan rasa kagum yang besar. Juga cinta yang mendalam kepada sosok imam MSF senior yang telah membimbing saya sedari frater muda hingga akhirnya menerima tahbisan imamat sebagai imam religius MSF di tahun 1995.
Menemukan keseimbangan
Dari almarhum Romo Wim van der Weiden MSF itu pula, saya banyak belajar tentang memaknai hari-hari sebagai imam dan religius MSF. Yakni, senantiasa mencari untuk menemukan keseimbangan dan menghayati dinamika keseimbangan itu antara hidup doa dan karya sebagai imam dan religius MSF.
Saya benar-benar dibuat kaget dengan berita meninggalnya Romo Wim yang begitu mendadak. Karena itu, saya merasa kehilangan. Tetapi Tuhan telah datang ‘menjumpai’ beliau, karena saya ingin merelakan dan mendoakan Beliau dalam iman dan doa saya.
Sugeng tindak, Romo Wim.