ALMARHUM Romo Wim van der Weiden MSF adalah sosok pribadi yang ceria, energik, berbicara dengan berkobar-kobar, suaranya pun mantap. Pada tahun 1980-an dan lima tahun berturut-turut, ketika saya masih sebagai frater diosesan KAS di bangku kulliah dan tinggal di Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan – Yogyakarta, salah satu kebiasaan yang cukup banyak diperhatikan oleh para frater adalah kebiasaan Romo Wim yang selalu pergi pergi ke kampus dengan mengayuh sepeda onthel.
Seringkali bersama frater-frater dari berbagai jurusan, beliau dan mereka mengendarai sepeda onthel itu berbarengan. Beberapa kali saling adu cepat bersepeda di jalan utama yang menghubungkan Kota Yogya dan Kaliurang melalui Pakem, namun berlangsung dalam suasana gembira.
Selalu siap melayani
Romo Wim MSF itu selalu siap untuk melayani. Beberapa kali secara mendadak beliau lalu diminta mengisi acara Senat Mahasiswa IFT (Waktu itu belum jadi FTW). Dan hal semacam ini pun langsung beliau sanggupi dan Romo Wim langsung sigrak bersedia. Hal ini sunguh tampak benr bahwa beliau mempersiapkan diri untuk berbagai ‘tugas’ dadakan dari kampus.
Baca juga: Romo Wim van der Weiden MSF, Semua Serba Cepat dan Bersemangat (10)
Meskipun sudah menjadi dosen KSPL yang sangat senior dam juga mumpuni dalam keilmuan, namun berulangkali juga Romo Wim selalu berkenan mengisi sesi-sesi dalam Kursus Kitab Suci, baik Kursus Dasar Kitab Suci maupun Kurus Dasar Perjanjian Lama. Seolah tinggal ditawari tanggal berapa siap kerja dengan ‘tugas’ dadakan itu, maka beliau lalu memilih tanggal. Dan itu beliau lakukan dengan suka hati, cepat tanggap dan menyiapkan materi ajar secara serius dan sempurna mungkin.
Senang hati melayani orang lain itu beliau lakukan dengan sukacita. Tak peduli, apakah hari masih terik dengan panas matahari atau di luaran sedang hujan deras. Apakah lokasi acara itu terjadi di sebuah paroki besar atau kecil, lokasina dekat atau pun jauh. Tapi itulah yang khas pada almarhum Romo Wim: beliau akan tepat waktu hadir dan mengisi acara serta membawakannya dengan super semangat.
Pengantar KS
Romo Wim MSF pernah membuat satu diktat tentang Pengantar Kitab Suci yang sederhana dan lengkap. Sepengetahuan saya, bahan itu disusun dari materi-materi ajar untuk para peserta Kursus Kitab Suci di paroki-paroki, perserta Kursus Bina Awal (untuk para postulan dan novis), maupun untuk mahasiswa-mahasiswi STKat (yang sekarang menjadi STFKAT USD).
Pada hemat saya, bahan diktat yang dibuatnya itu relatif lebih mudah dipelajari dan dipahami dibandingkan diktat lainnya. Kalau tidak salah ingat, diktat itu sekarang sudah menjadi sebuah buku.
Hafal luar kepala
Romo Wim MSF itu saat mengajar seolah-olah membacakan diktat yang dibuatnya. Seolah-olah hafal sempurna sampai koma, koma bertitik, titik dua, dan titik. Juga bahkan tanda seru.
Dalam salah satu kesempatan ngobrol di luar ruang kuliah, waktu istirahat, beliau pernah mengatakan kira-kira begini:
“Seorang calon imam itu sepantasnya dengan gembira menceritakan isi Kitab Suci dan tentang Kitab Suci. Kalau bisa, luar kepala. Maksudnya, hafal loh ya; bukan di luar kepala,” sambil tertawa terpatah-patah.
Romo Wim MSF itu terbuka untuk dikritik. Salah satunya adalah soal ini. Saking semangatnya, ketika mengajar – maaf – sampai air liurnya muncrat.
Salah seorang teman frater sempat memprotes hal itu. Beliau tidak marah. Dengan rendah hati, masih dengan suara tinggi, beliau minta maaf sambil bercanda. “Ini tanda saya semangat dan gembira dalam mengajar.”
Terimakasih, Romo Wim van der Weiden MSF. Terutama atas teladan dan pengajara Pater kepada kami para imam yang jauh lebih yunior ini. Juga untuk teladan hidup Pater sebagai imam, dalam mengajar, dan dalam berperilaku.
Kiranya sejumput catatan ini boleh menjadi kenangan dan persembahanmu di hadirat Allah Tritunggal Mahakudus.
Berbahagialah disana dan tetap doakanlah kami. Berkah Dalem.