Angelus dr Acri, Dominikus Collins
warna liturgi Hijau
Bacaan
Rm. 9:1-5; Mzm. 147:12-13,14-15,19-20; Luk. 14:1-6. BcO Yer 28:1-17
Bacaan Injil: Luk. 14:1-6.
1 Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. 2 Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapan-Nya. 3 Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kata-Nya: “Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?” 4 Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. 5 Kemudian Ia berkata kepada mereka: “Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?” 6 Mereka tidak sanggup membantah-Nya.
Renungan:
BEBERAPA waktu yang lalu ada seseorang yang dikecam karena foto selfie di depan area kebakaran. Mungkin ada banyak orang yang melakukan hal yang sama seperti itu. Hanya naas dia mengunggahnya di media sosial sehingga hanya dia yang kena hujatan. Memang layak dipertanyakan kenapa dia dan orang-orang malah foto-fotoan selfi di lokasi seperti itu. Mengapa mereka tidak terlibat menolong memadamkan kebakaran. Situasi susah malah menjadi media bersolek diri.
Orang-orang pun mengamat-amati gerak-gerik Yesus di hari Sabat itu (bc. Luk 14:1). Mereka pun melihat ada orang yang membutuhkan pertolongan. Mereka menunggu tindakan Yesus terhadap orang tersebut. Kalau Yesus menolong orang tersebut maka Ia bisa dituduh melanggar hari Sabat.
Dunia kita tampaknya dikuasai oleh berpendapat dan bersolek. Kalau ada persoalan banyak pendapat yang muncul, minim aksi yang mengatasi persoalan tersebut. Semua orang sibuk dengan pikiran dan dirinya sendiri. Kala ada orang lain yang bertindak pun mereka bisa saja berpendapat dan tidak jarang menyalahkan mereka yang bertindak. Namun bersama Yesus marilah kita lebih banyak berbuat daripada berpendapat.
Kontemplasi:
Pejamkan matamu sejenak. Hadirkan satu masalah di lingkunganmu, misalnya sampah. Liatlah berapa banyak yang berpendapat dan berapa banyak yang bertindak.
Refleksi:
Apakah benar jaman sekarang orang mudah berpendapat daripada bertindak?
Doa:
Tuhan, semoga hatiku gampang tergerak untuk bertindak daripada berpendapat. Semoga banyak orang pun lebih rela mengulurkan tangannya daripada hanya mudah omong. Amin.
Perutusan:
Aku akan terlibat dan bertindak mengatasi persoalan di sekitarku. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)