Petrus Claver
warna liturgi Hijau
Bacaan
1Kor. 9:16-19,22b-27; Mzm. 84:3,4,5-6,12; Luk. 6:39-42. BcO 2Ptr. 3:11-18
Bacaan Injil: Luk. 6:39-42.
39 Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? 40 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya. 41 Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? 42 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Renungan:
KALA ada masalah dengan seseorang lalu kita membicarakannya dengan orang lain yang bermasalah dengan orang tersebut maka masalah akan semakin besar. Yang muncul bukan mencari solusi untuk memecahkan masalah yang ada, tapi malah membesar-besarkan masalah. Orang yang kita ajak bicara makin mengompori panasnya hati kita.
Tuhan mengatakan, “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang?” (Luk 6:39). Sesama buta tidak mungkin untuk saling menuntun. Mereka membutuhkan penuntun yang matanya melek dan bisa melihat jalan, sehingga tidak terperosok masuk ke lobang.
Maka rasanya kita perlu waspada. Kalau kita sharing dengan seseorang dan orang itu mengompori panasnya hati kita maka kita perlu stop. Pada saat itu kita mesti sadar sebagai orang buta yang dituntun orang buta. Kita bisa masuk dalam lobang. Kala itu terjadi kita perlu segera berhenti dan mencari penuntun yang melek yang bisa membawa kita lepas dari lobang masalah yang ada.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu lagi punya masalah. Kamu menemui seseorang dan bercerita kepadanya. Amati tanggapannya.
Refleksi:
Bagaimana melepaskan diri dari masalah?
Doa:
Bapa jangan biarkan aku terperosok dalam suatu masalah. Andai menghadapi masalah aku bisa menemukan penuntun untuk mengurainya. Amin.
Perutusan:
Aku tidak akan memperumit masalah yang sedang kuhadapi. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)