Hari Biasa Khusus Adven
warna liturgi Ungu
Bacaan
Pagi: 2Sam. 7:1-5,8b-12,16; Mzm. 89:2-3,4-5,27,29; Luk. 1:67-79. BcO Yes. 51:17-52:2,7-10
Bacaan Injil: Luk. 1:67-79.
67 Dan Zakharia, ayahnya, penuh dengan Roh Kudus, lalu bernubuat, katanya: 68 “Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia melawat umat-Nya dan membawa kelepasan baginya, 69 Ia menumbuhkan sebuah tanduk keselamatan bagi kita di dalam keturunan Daud, hamba-Nya itu, 70 seperti yang telah difirmankan-Nya sejak purbakala oleh mulut nabi-nabi-Nya yang kudus 71 untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita, 72 untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita dan mengingat akan perjanjian-Nya yang kudus, 73 yaitu sumpah yang diucapkan-Nya kepada Abraham, bapa leluhur kita, bahwa Ia mengaruniai kita, 74 supaya kita, terlepas dari tangan musuh, dapat beribadah kepada-Nya tanpa takut, 75 dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita. 76 Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya, 77 untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, 78 oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita, dengan mana Ia akan melawat kita, Surya pagi dari tempat yang tinggi, 79 untuk menyinari mereka yang diam dalam kegelapan dan dalam naungan maut untuk mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera.”
Renungan:
Saya tertarik dengan ayat ini, “Dan engkau, hai anakku, akan disebut nabi Allah Yang Mahatinggi; karena engkau akan berjalan mendahului Tuhan untuk mempersiapkan jalan bagi-Nya” (Luk 1:76). Zakharia sadar posisi anaknya adalah penyiap kehadiran Tuhan. Ia akan mempersiapkan jalan bagi kehadiran Tuhan.
Dalam aneka macam kesempatan kita melihat bagaimana orang tua mendidik anaknya. Tidak sedikit dari mereka memberikan aneka macam jam les bagi anaknya. Ia bermimpi anaknya mampu dalam segala hal. Tentu maksud ini baik saja. Namun demikian pantas disadari bahwa ada batasan kemampuan seorang anak. Mereka memang pasti mempunyai kemampuan yang lebih daripada orang lain, namun tidak akan mampu dalam segala-galanya.
Belajar dari Zakharia layak kalau kita sadar batas daya dan kuasa anak kita. Kita mesti peka menangkap apa yang menjadi keunggulannya dan apa yang menjadi kelemahannya. Bagaimana pun dia adalah pribadi yang layak mendapat kesempatan melakukan apa yang baik untuk dirinya dan bernafas lega dalam kehidupan hariannya.
Kontemplasi:
Pejamkan sejenak matamu. Lihatlah anak-anakmu. Awasi mereka dengan mata batin. Pertajam mata batin anda dan temukan dunia yang layak dia hidupi selaras dengan bakatnya.
Refleksi:
Tulislah pengenalanmu terhadap anak-anakmu.
Doa:
Bapa semoga aku dapat mendampingi anak-anakku secara tepat dan mengembangkannya selaras dengan pilihannya dan kehendakMu. Amin.
Perutusan:
Aku akan mengenali panggilan dan peran anakku. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)