Hari Biasa
warna liturgi Hijau
Bacaan
1Raj. 17:7-16; Mzm. 4:2-3,4-5,7-8; Mat. 5:13-16. BcO Flp. 1:27-2:11
Bacaan Injil: Mat. 5:13-16.
13 “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. 14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. 15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. 16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”
Renungan:
DALAM beberapa kesempatan terlihat orang-orang menampilkan keyakinannya atas penyelenggaraan Allah kala dia memulai atau memenangkan suatu pertandingan. Ungkapan dan tindakan suci dimunculkan. Ia memancarkan kasih Tuhan dan menerangi semua orang yang menyaksikan.
Tuhan bersabda, “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu” (Mat 5:14-15). Kita pasti akan terlihat dan menjadi terang bagi sekitar yang mengalami kegelapan.
Rasanya sebagai murid Tuhan kita mesti berani memberikan terang bagi dunia sekitar kita. Kita hadirkan kebaikan tanpa harus malu-malu. Tidak kita sembunyian dian yang menyala di kolong kasur. Kita pasang dian yang menyala pada tempat yang tepat agar bisa menyinari.
Kontemplasi:
Bayangkan dirimu sebagai dian menyala di tengah kegelapan.
Refleksi:
Apa yang menghalangimu memancarkan cahaya yang kaumiliki?
Doa:
Tuhan semoga kasih yang Kaucurahkan padaku memancar dan memberi penerangan pada orang-orang untuk melangkahkan peziarahannya. Amin.
Perutusan:
Aku akan memancarkan cahaya yang telah dianugerahkan padaku. -nasp-
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)