Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Saksi Iman tentang Kebangkitan

Saksi Iman tentang Kebangkitan

0
Kebangkitan Yesus.

PERAYAAN Paskah membentuk inti dan jiwa hidup Kristen. Iman Kristen berakar mendalam dan menemukan makna nyata dalam kebangkitan Yesus. Santo Paulus berkata bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan, iman kita sia-sia.

Bagaimana kita memahami fakta kebangkitan? Bukankah kubur kosong bukan dasar iman akan Yesus yang bangkit?

Jawabannya, mendengarkan para saksi iman.

Para saksi iman itu berbicara bukan berdasar kata orang, melainkan atas dasar pengalaman.

Pertama, pengalaman bergaul dengan Yesus. Petrus dan murid yang dikasihi Tuhan mengalami itu.

Kedua, pengalaman berjumpa dengan Yesus setelah wafat-Nya. Maria dari Magdala berjumpa Yesus di dekat makam Yesus. Ketiga, orang berjumpa dengan Yesus yang bangkit dalam pengalaman rohani. Santo Paulus berjumpa dengan Yesus dalam perjalanan ke Damaskus.

Mereka membagikan imannya akan kebangkitan kepada kita. Pertama, Kisah Rasul menulis tentang Petrus yang menjadi saksi kebangkitan.

Dia berkata, “Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, dan Allah berkenan, bahwa Ia menampakkan diri, bukan kepada seluruh bangsa, tetapi kepada saksi-saksi, yang sebelumnya telah ditunjuk oleh Allah, yaitu kepada kami yang telah makan dan minum bersama-sama dengan Dia, setelah Ia bangkit dari antara orang mati.” (Kisah Rasul 10:40-41).

Ketiga, Santo Paulus memberi makna hidup Kristen dengan berkata kepada jemaat Kristen di Kolose, “Saudara-saudara, kamu telah dibangkitkan bersama dengan Kristus. Kristuslah hidup kita! Apabila Dia menyatakan Diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama Dia dalam kemuliaan” (Kolose 3:1.4).

Keempat, Santo Yohanes, pengarang Injil dan murid yang dikasihi Yesus adalah orang pertama yang melihat makam kosong dan menjadi percaya. “Sesudah itu masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai ke kubur itu; ia melihatnya dan percaya” (Yohanes 20:8).

Percaya akan apa? Percaya akan sabda Yesus bahwa Dia akan menderita sengsara, wafat, dan dibangkitkan pada hari yang ketiga (Markus 9:31).

Apakah yang dapat kita renungkan dari kesaksian mereka itu?

Pertama, iman Kristen bukan berdasarkan pada ajaran yang lahir dalam teori di kepala, melainkan berdasarkan pengalaman hidup. Iman kita akan kuat dan mendalam bukan hanya ketika memikirkan dan mencari kebenarannya, melainkan dalam mewujudkannya. Iman tanpa perbuatan adalah mati.

Kedua, semua orang Kristen dipanggil untuk menjadi saksi iman dan mewartakan kebangkitan. Santo Petrus, Yohanes, dan Paulus memberikan teladan kepada kita. Ketiganya mewartakan kebangkitan tidak hanya dengan kata-kata, melainkan dengan hidupnya. Bahkan dengan kematian-Nya. Para martir itu benih-benih iman akan kebangkitan yang tidak dapat dimatikan.

Bagaimanakah dengan kita?

Apakah kita telah menghayati iman akan kebangkitan dengan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari? Misalnya, dengan memikirkan perkara yang di atas; bukan yang di bumi. Apakah kita merayakan iman kita dengan sungguh-sungguh atau hanya sekadar hadir dalam ibadat?

Pengalaman menunjukkan ketika orang Kristen menghayati imannya, mereka menjadi saksi-saksi kebangkitan yang meyakinkan. Semoga hidup kita menjadi saksi iman tentang kebangkitan.

Selamat Paskah. Alleluia

Minggu, 31 Maret 2024
Albherwanta O.Carm

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version