WAKTU saya memimpi misa Jumat Pertama di Stasi Koka, Salib IYD 2016 tengah diterima di Paroki Rumengkor. Paroki itu tempat asal Ketua Panitia IYD 2016 di Manado yakni Pastor John Montolalu Pr.
Hari Selasa tanggal 7 Juni besok, Salib IYD akan diterima di Stasi Koka, kata umat Koka hari itu. Panitia penjemputan salib sudah disiapkan dan ini akan menjadi peristiwa dimana banyak umat hadir dengan mengundang pemimpin pemerintahan dan tokoh-tokoh agama lain. Maka akan ada sambutan-sambutan dan ada makan-makan.
Setiap keluarga diminta untuk menyiapkan makanan dan dilebihkan untuk jatah para tamu. Tentu makanan yang disiapkan untuk para tamu itu cukup enak dan diperlukan uang untuk membeli semua itu.
Saya lalu bertanya kepada umat yang berkumpul di “Pastoran Koka”.
“Mungkin acara itu mengganggu belanga keluarga-keluarga ya?”
Mereka menjawab, “Pokoknya disiapkan pastor, bagaimana caranya pasti ada saja.”
Begitu orang Manado. Kalau makan-makan, pasti selalu ada, dan akan melimpah.
Salib IYD 2016 di Manado
Salib Indonesian Youth Day itu sebenarnya gabungan dua bahasa yang berbeda. Tetapi bahasa adalah apa yang populer, karena bahasa adalah kesepakatan sosial. Kalau bahasa Indonesianya mungkin bukan IYD tetapi HOI (Hari Orang Muda Katolik Indonesia) atau HMI (Hari Mudika Indonesia).
Mudika juga sudah singkatan dari Muda-mudi Katolik. Jadi, Salib IYD itu bahasa Indonesia-nya Salib HOI atau Salib HMI. Tetapi istilah yang terakhir ini berbahaya. Karena HMI sudah dipakai oleh kelompok lain dan sudah terkenal.
Kalau HOI belum. Kalau Inggrisnya akan menjadi “The Indonesian Youth Day Cross”. Salib Hari Orang Mudakatolik Indonesia.
Salib HOI itu sudah diarak berkeliling di separuh Keuskupan Manado. Salib itu ringan karena dibuat dari rotan. Dan itu bagus karena akan dibawa kemana-mana, sehingga tidak berat dan kuat karena dari rotan. Katanya, salib itu dibuat oleh umat muslim, sehingga memiliki makna toleransi dan kerukunan yang baik.
Sumber kreativitas
Kalau melihat The IYD Cross (Salib HOI) Keuskupan Manado itu, maka spontan saya merasa: Kok salibnya jelek, tidak mirip sama sekali dengan Yesus. Itu seperti salib orang-orangan saja. Tetapi mungkin karena saya tidak ikut proses sejarah atau peristiwa terbentuknya peristiwa IYD itu, maka saya ketinggalan di bidang pemaknaan bentuk salib IYD itu.
Tetapi setelah saya kebetulan melihat di Majalah Hidup: Salib IYD peserta dari Keuskupan Malang dibuat dari sendok garpu yang dikumpulkan dari keluarga-keluarga pelbagai tingkatan sosial. Sendok garpu adalah alat makan. Keluarga-keluarga juga tentu menjadi bagian pastoral Gereja.
OMK Banjarmasin membuat Salib IYD-nya dari kayu ulin khas Kalimantan yang terkenal itu. Kayu jenis ini makin lama direndam dalam air, makan kualitasnya akan semakin kuat. Dari OMK Keuskupan Denpasar, saya melihat postingnya: Salib IYD-nya dari bambu Batung; aksara Bali dan kain prada.
Dan pastilah setiap keuskupan akan merancang salibnya dengan memakai bahan dan proses yang mengandung simbol-simbol makna tertentu yang menjadi ciri khas keuskupannya. Ini luar biasa, karena ternyata Salib IYD itu memancing kreativitas yang bisa mengungkapkan simbol-simbol dan makna-mana sebagai ungkatkan iman atau keprihatinan pastoral atau ciri khas keuskupan dll.
Proses diapresiasi
IYD di Manado bukan hanya tanggal 1-6 Oktober 2016. Prosesnya sedang berlangsung sudah sejak Salib IYD itu diberkati oleh Uskup Manado di Gereja Palu. Di Majalah Hidup no. 18- 2016 hlm 26: ada fotonya. Di seluruh Indonesia, para delagasi OMK yang akan diutus datang ke Manado sibuk mencari dana untuk transportasi dan akomodasi pp ke Manado. Dan uang itu jelas tidak sedikit, sedangkan OMK adalah anak-anak sekolah dan kuliah yang masih tergantung dari orangtua.
Paroki atau keuskupan juga pasti tidak serta merta membiaya semua kebutuhan mereka. OMK harus cari sendiri biaya itu dan kalau kurang mungkin ditambah dari kas paroki atau keuskupan.
Di Manado sendiri, kecuali proses mengikuti perjalanan SALIB HOI keliling di setiap tempat di se-antero Keuskupan Mando, masih ada kreativitas lain lagi yaitu Novena Kevikepan. Saya mendengar Novena Kevikepan Tombulu adalah yang paling meriah. Ribuan Mudika Kevikepan Tombolu sudah bertemu (yang saya sempat dengar) di Tombuluan, di Lotta, di Pineleng.
Yang saya ikuti langsung adalah yang berlangsung di Pineleng. Kalau melihat makanan, panggung, transportasi peserta dll., itu maka uang yang dihabiskan pada hari itu tidak sedikit. Novena Kevikepan Tombolu yang berikut mungkin di Tanawangko dan mereka tidak mau kalah dengan kemeriahan di Pineleng.
Saya melihat pembangunan tempat berkumpulnya OMK seluruh Indonesia di Amphiteater Lotta itu juga sedang dikebut siang dan malam. Di samping pekerja yang rutin masih ditambah dengan pekerja tambahan dari desa Kali yang jaraknya dekat dan banyak tukang dan tenaga muda yang setiap hari lebih dari 25 orang didrop ke lokasi pembangunan.
Peristiwa–peristiwa yang saya sebutkan ini sejauh yang saya lihat dan saya dengar, maka hal itu pastilah sebagian kecil sekali dari seluruh proses yang sedang berlangsung untuk event besae IYD 2016 di Keuskupan Manado. Memang kalau ada waktu, kita bisa masuk ke situs resmi IYD 2016 Keuskupan Manado yang memuat pelbagai kegiatan dan foto-foto bahkan video-video dengan lagu mars IYD 2016 yang gegap gempita itu.
Selamat mengikuti proses dan ambil bagian dalam peristiwa serta menyongsong IDY 2016 bulan Oktober 2016 mendatang di Manado.
Waktu saya ikut muncul di OMK Pineleng yang menyelenggarakan novena, mereka bertanya: “Pastor anggota OMK so?”
“Iya dong. Saya kan juga OMK alias Opa Muda Katolik atau boleh juga disebut Orang Muda Kedaluwarsa,” jawab saya santai bercanda.