CPS ini adalah tempat magang atau praktek saya semester yang lewat. LSM ini bergerak di bidang perlindungan anak. Kami berangkat dengan satu mobil.
Sekitar dua puluh menit kami sampai di rumah yang bersangkutan. Kami disambut dengan anjing yang lumayan ganas dan beringas.
Kemudian kami melihat tulisan, “Awas anjing gila.
Dia sama sekali tidak mengenal dirinya apalagi anda.” Ngeri bah! Gumamku dalam hati. Maka tak satu pun dari kami berani turun. Saya mencoba bunyi klakson namun tidak ada anggota keluarga yang keluar. Barangkali mereka tidak ada di rumah.
Kami memutuskan meninggalkan surat itu di kotak posnya tetapi siapa yang berani turun mengingat anjing itu terus mengonggong dan mendekat.
Dia nampaknya siap menerkam siapa saja yang berani masuk ke kawasannya. Sementara itu kami tetap berdiam dalam mobil. Saya amati anjing itu memang luar biasa besar. Barangkali sejenis herder hitam. Saya mencoba iseng menyapa gaya Guam, “Hafa adai,” Tidak ada respon. Saya ganti khas Hawaii, “Aloha.” Juga tidak bergeming. Saya coba sapaan Batak, “Horas” dengan suara kuat (Biasanya sapaan Horas diucapkan dengan kuat ).
Anjing itu terkejut dan semakin menggongong. Teman yang di mobil aja terkejut waktu saya bilang ‘horas.’ Saya menyadari sapaan Guam saja, “Hafa ada” gak dimengerti, apalagi ‘horas,’ kuat pula itu.
Akhirnya saya coba pandangi dia dengan hangat. Saya buat wajah lembut seperti biasanya. Memang wajahku sudah lembut, saya buat lagi lebih lembut lagi. Sombong sikit karena selama ini gak pernah sombong:). Sesekali ku lempar senyum manis. Anehnya anjing itu juga memandangku. Kalau tadi dia menggongong, kini mulai tenang dan diam. Tetapi aku belum berani turun. Aku terus memandanginya dengan lembut, senyum, ramah dan hangat.
Akhirnya saya coba turun berjalan pelan menuju kotak pos itu. Dia datang mendekat dan mengikibaskan-kibaskan ekornya ke kakiku, seolah mengatakan, “Letakkan aja surat itu, itu aja kok takut. Hanya menakut-nakuti ajanya,” Saya letakkan surat itu dan masalah beres. Teman-teman bergembira.
***
Para sahabatku terkasih, kita kerap mendengar ungkapan, “Sulit sekali kita mengerti si “anu” itu. Kadang diam seribu bahasa tanpa sebab. Kadang mendung terus padahal tidak hujan. Kadang marah-marah tanpa alasan. Permintaannya sejuta tetapi berbuat tidak mau. Intinya dia sulit dimengerti karna “irama” hidupnya tidak stabil. Pembawaannya tidak mempunyai kekhasan. Rata dan tidak bergelombang. Dingin tidak bertepian. Kaku tidak berakhir. Barangkali dia juga super sensitive, super tertutup dan sangat gampang tersinggung sehingga memberi kesan menakutkan.
Sikap demikian bisa jadi nyata dalam diri setiap orang. Orang yang sulit dimengerti bukan berarti dia super pendiam. Orang yang suka meletup-letup juga kadang sulit dimengerti . Inti terdalam dari orang yang sulit di mengerti ialah, orang yang sangat focus dengan dirinya dan tidak pernah mau mendengar orang lain. Ia memakai kriteria yang dimilikinya dan tidak percaya dengan kriteria dan masukan dari orang lain. Atau saya pinjam ungkapan dari dosen sosiologi saya, “Salah satu karakter dari orang yang sulit dimengerti ialah, dia sangat mempercayai dirinya tetapi tidak pernah mempercayai orang lain sehingga dia tertutup. Ia kerap curiga dengan orang lain. Maka tertutup dalam pergaulan sosial”
Apakah anda merupakan orang yang sulit dimengerti? Kalau ya, bukan berarti dunia tertutup bagimu. Kita bisa mengusir keadaan itu dengan pelan membuka diri dengan dunia luar. Memupuk sikap positif terhadap orang lain dan membina relasi yang saling mempercayai dengan sesama. Ini bisa kita raih dengan perjuangan dan usaha. Kalau anda akhirnya bisa dimengerti oleh orang lain, maka dunia anda semakin baik dan pribadimu akan semakin sempurna.
Anjing pun akan bisa mengerti kita kalau kita juga mencoba memahami dan mengerti mereka.
Allah memberkatimu, keluarga dan anak-anakmu.