Home BERITA Belarasa Secercah Harapan

Secercah Harapan

0
Ilustrasi - menyiram tanaman. (Ist)

Renungan Harian
Senin, 5 Juli 2021
Bacaan I: Kej. 28: 10-22a
Injil: Mat. 9: 18-26
 
PAGI itu, saya punya janji untuk bertemu dengan seorang ibu muda.

Saya sengaja ingin bertemu dengan ibu itu, mendengarkan kisah perjuangan hidupnya dan berharap mendapatkan beberapa saran darinya.
 
Ketika saya tiba di tempatnya, seorang bapak menyambut saya dan memberitahu bahwa ibu yang hendak saya temui sedang ada di kebun belakang. Bapak itu meminta saya untuk menunggu sebentar, dan akan memanggil ibu itu.

Namun saya minta kalau diperbolehkan menemui ibu itu di kebun. Setelah diizinkan saya menuju ke kebun belakang untuk menemui ibu itu.
 
Dari kejauhan saya melihat ibu itu sedang mengangkat air dari sumur untuk menyiram tanaman sayur yang ada di kebun itu. Saya agak heran dan kagum melihat ibu itu mengangkat air di tangan kanan dan kiri.

Dari sebelum sampai di kebun itu saya sudah melihat ibu itu tiga kali bolak-balik ambil air dan menyiram tanaman sayur.

Kiranya untuk menyiram semua tanaman sayur yang ada di kebun itu butuh berkali-kali bolak balik.

Ibu itu tampak sehat dan kuat tidak sedikit pun menunjukkan tanda-tanda bahwa dia adalah seorang penyintas HIV-AIDS.
 
“Pastor, saya tahu bahwa saya kena penyakit ini, setelah suami saya meninggal karena penyakit ini. Saya tertular akibat perilaku suami yang tidak sehat.

Pastor saat saya tahu bahwa saya juga kena virus HIV, dunia saya seakan runtuh.

Saya harus keluar dari kampung karena semua orang kampung takut kalau saya menularkan virus ini. Saya tidak tahu harus kemana dan bagaimana melanjutkan hidup ini.

Orangtua membuatkan saya gubuk di ladang di luar kampung. Saya tinggal menjadi orang yang terasing di situ.

Orang melihat saya seperti melihat “anjing buduk” mereka tidak mau menyapa saya.

Pastor, saat itu saya benar-benar putus asa; untuk apa saya hidup seperti ini, bagi saya lebih baik saya mati sehingga tidak merepotkan orangtua dan tidak mengganggu banyak orang.

Pikiran untuk bunuh diri amat sering muncul, tetapi belum tahu harus dengan cara apa.
 
Sampai suatu saat saya mendapat kunjungan dari ibu yang punya yayasan ini. Saya kaget dan heran karena ibu itu mau menemui saya, mau bersalaman dan bahkan mau memeluk saya.

Pastor, bertemu dengan ibu itu, rasanya saya seperti bertemu dengan malaikat.

Selama ini tidak ada seorang pun yang mau bertemu dengan saya, tetapi ibu ini bukan hanya menemui saya. Bahkan dia mau memeluk saya.
 
Pastor, tiba-tiba dunia saya yang selama ini gelap gulita, terasa ada cahaya. Waktu ibu itu mengatakan bahwa saya akan bisa tetap sehat dan hidup baik, meskipun saya tidak akan bisa sembuh seperti sedia kala.

Harapan hidup saya mulai muncul saat ibu itu menawarkan untuk tinggal di panti ini.

Sejak saat itu saya merasakan bahwa ternyata harapan itu masih ada bagi saya. Tuhan telah mengirim malaikat untuk saya,” ibu itu mengakhiri kisahnya.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius, perempuan yang sakit pendarahan menemukan harapan dalam diri Yesus.

Penyakit yang dideritanya sudah tidak bisa sembuh dan karena penyakitnya harus diasingkan karena dianggap najis. Namun karena harapan yang kuat dan imannya akan Yesus maka dia mendapatkan kesembuhan.

“Asal kujamah jubah-Nya, aku akan sembuh.”
 
Bagaimana dengan aku? Apakah aku selalu mampu berpegang pada harapan?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version