Puncta 18.06.23
Minggu Biasa XI
Matius 9: 36 – 10: 8
PERTENGAHAN dekade 1990-an saat masih awal-awal menjadi pastor, saya diminta mendampingi kelompok Pelajar Katolik di Yogyakarta.
Kami mendapat undangan untuk ikut pertemuan Young Christian Students Asia di Chennai, India.
Saya dan dua siswi dari SMA Stella Duce berangkat untuk ikut pertemuan selama dua pekan di India. Waktu itu kami diajak berproses dengan menggunakan praxis-oriented methodology yang sering dinamai “See, Judge, Act.” (Melihat-Merefleksikan, dan Bertindak).
Pada intinya dengan menggunakan See-Judge-Act, kami diajak untuk melihat realitas sosial, kemudian menilai atau merefleksikan realitas sosial itu dalam konteks ajaran Sosial Gereja, dan kemudian bertindak untuk mempromosikan nilai-nilai yang diperjuangkan, seperti keadilan, kesetaraan, toleransi dan yang lainnya.
Kami diajak melihat, merasakan dan tinggal bersama dengan warga di kampung-kampung kumuh di Madras. Menemui warga miskin dengan segala persoalannya.
Kemudian merefleksikan realitas itu dengan ajaran sosial Gereja. Lalu diajak bertindak untuk menjawab kondisi riil itu.
Yesus sudah menggunakan metode itu jauh sebelum kita.
- Ia melihat (See) orang banyak yang lelah dan terlantar.
- Yesus menilai (Judge) mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan.
- Yesus kemudian bertindak (Act). Ia tidak hanya bekerja sendiri, tetapi Ia mengajak murid-murid-Nya yang berjumlah duabelas untuk beraksi melakukan sesuatu demi menjawab keprihatinan yang ada.
Yesus mengutus mereka untuk pergi dan mewartakan Kerajaan Allah sudah dekat. Mereka disuruh untuk menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati dan mengusir setan-setan.
Dasar yang dipakai dalam bertindak atau berpastoral adalah “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma–cuma.”
Seperti Yesus, hal pertama yang harus dimiliki untuk peduli adalah “tergerak hatinya oleh belas kasihan.” Tanpa ada gerakan hati untuk berbelas kasih, tak mungkin kita akan mau bertindak.
Adakah api belas kasih itu memercik di hati kita sehingga kita tergerak untuk berbuat sesuatu ketika melihat ada keprihatinan sosial di sekitar kita?
Yesus mengingatkan kita, “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”
Punya mata tajam seperti rajawali,
Bergerak dengan cepat seperti singa.
Gerakkanlah suara hati nurani kami,
Agar punya belas kasih bagi sesama.
Cawas, tergerak oleh belas kasihan