ROMO Kurdo Irianto Pr, Pastor Kepala Paroki St. Maria tak Bercela di Ngagel, Surabaya akhirnya bicara.
Ia mengeluarkan surat pernyataan menyikapi peristiwa serangan bom di halamann gereja paroki yang terjadi hari Minggu (13/5/18) pagi kemarin menjelang akan berlangsungnya misa kedua.
Hingga berita ini kami rilis di hari Senin (14/5) malam, sudah ada 18 orang korban meninggal dan sedikitnya 45 orang lainnya mengalami luka-luka di tiga lokasi serangan bom yang berlangsung di waktu yang hampir bersamaan kemarin.
Satu serangan bom terjadi di halaman depan Gereja St. Maria Tak Bercela di Ngagel. Berikutnya di Gereja GKI di Jl. Diponegoro dan kemudian di Gereja Pentakosta di Jl. Arjuna.
Pelakunya satu keluarga dengan empat anak
Ketiga serangan bom ini dilakukan oleh satu keluarga terdiri dari sepasang suami-isteri, dua anak lelaki remaja, dan dua anak perempuan yang masih kecil.
Serangan pertama di Gereja St. Maria Tak Bernoda dilakukan oleh dua remaja lelaki yang mengendarai sepeda motor. Ketika berusaha masuk gerbang, lajunya ‘dicegat’ oleh Aloysius Bayu –tenaga keamanan sukarela– yang ikut tewas di tempat bersama kedua pelaku.
Serangan kedua terjadi di Gereja GKI dan ini dilakukan oleh ibu bersama kedua anaknya perempuan yang masih kecil.
Serangan ketiga terjadi di Gereja Pentakosta dan dilakukan oleh bapak keluarga dengan meledakkan diri bersama bom yang ada di mobilnya.
Keterangan pers ini dirilis oleh Romo Kurdo Irianto menyikapi serangan bom yang terjadi di halaman Gereja St. Maria Tak Bernoda di Ngagel, Surabaya.
Romo Kurdo adalah alumnus Seminari Mertoyudan kelas KPA angkatan tahun 1981.