Rabu, 15 November 2022
- Keb 6: 1-11.
- Mzm 82:3-4, 6-7.
- Luk 17: 11-19.
HIDUP sehat adalah salah satu dari antara sekian banyak rahmat Allah yang duanugerahkan kepada kita.
Kesadaran betapa berharganya rahmat kesehatan itu hadir manakala kita ada dalam keadaan sakit.
Kita baru sungguh terbuka hati saat segalanya tidak bisa berlangsung seperti ketika kita dalam keadaan sehat.
Pentingnya kesehatan dan pentingnya bersyukur telah dikaruniai kesehatan ini terasa ketika sakit datang menerpa.
“Saya baru menyadari betapa kasih Tuhan begitu hebat yang selama ini saya terima, namun tidak begitu saya syukuri,” kata seorang bapak.
“Penyakit yang saat ini saya alami, mengingatkanku akan rahmat kesehatan itu,” sambungnya.
“Saya mengalami aritmia, gangguan abnormalitas irama jantung, detak jantungku terlalu cepat hingga tidak teratur,” ujarnya.
“Betapa hebatnya Tuhan hingga menemaniku hidup dalam kondisi seperti ini,” imbuhnya.
“Dengan tahu penyakit ini, saya jauh lebih menghargai kasih Tuhan dan bagaimana saya harus menyikapi kehidupan sehari-hari dengan pola hidup sehat,” urainya.
“Sehat itu karunia Tuhan yang akan saya pilih atau tidak, dengan usaha nyata sertiap hari,” tegasnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia.
Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: “Yesus, Guru, kasihanilah kami.”
Ketika kita divonis suatu penyakit datang menimpa, biasanya kita langsung datang kepada Tuhan.
Saat seperti itu, kita tak henti-hentinya berdoa, bahkan berpuasa dan melakukan apa saja yang bisa menarik kemurahan Tuhan.
Kita berharap agar Tuhan segera melepaskan beban itu dan menyediakan jalan keluarnya.
Dalam perikop hari ini, Yesus memang tergerak oleh belas kasihan kepada penderita kusta.
Yesus tidak berkata banyak, hanya sebentuk kalimat yang menguji iman, “pergilah, perlihatkan dirimu kepada imam-imam”.
Di sini Yesus sama sekali tidak menyebutkan istilah sembuh. Yesus juga tidak segera menyembuhkan mereka, lalu setelah sembuh silahkan mereka pergi menuju kepada imam-imam (supaya dinyatakan sembuh – kudus – layak untuk diterima dalam masyarakat dan Rumah Ibadah).
Kita tahu akhirnya tidak semuanya mengalami keselamatan yang sejati dari Tuhan, hanya orang Samaria ini yang dicatat akhirnya mengalami keselamatan yang sejati.
Dari peristiwa ini, janganlah mengandalkan Tuhan saat kita dalam situasi buruk saja.
Mestinya kita datang dan bersyukur senantiasa kepada-Nya dalam segala kondisi, seperti satu orang di antara mereka yang datang kembali menemui Yesus untuk berterima kasih.
Marilah kita menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur dan taat kepada Tuhan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mensyukuri rahmat kesehatan yang aku terima dalam kehidupan ini?