Home BERITA Sejarah Melawan Lupa: Riwayat SD Kanisius Murukan Wedi Klaten

Sejarah Melawan Lupa: Riwayat SD Kanisius Murukan Wedi Klaten

0

SD Kanisius Murukan berdiri pada abad ke-19. Tepatnya pada tanggal 1 januari 1922 dengan nomor akta pendirianMPPK/4808/SUBSI Atas Nama Yayasan Kanisius.

Sekolah ini berada di Desa Murukan, Kelurahan Kalitengah, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Pada zaman dulu, sekolah dasar ini lebih dikenal dengan julukan Sekolah Rakjat (SR) Kanisius Murukan dan pada zaman republik berubah menjadi SD Murukan atau lebih resminya SD Kanisius Murukan.

Pada tahun 1970-an, sekolah dasar ini dikenal dengan sebutan SD Kanisius Murukan I untuk membedakan SD Kanisius Murukan II di Susteran. SD Kanisius Murukan I hanya untuk murid-murid putera, sedangkan SD Kanisius Murukan II untuk murid-murid puteri.

Keberadaan SD Kanisius  Murukan I dan II itu tidak lepas dari peran para Misionaris dari Eropa yang melaksanakan karya misi di pulau Jawa khususnya di Jawa Tengah.  Mereka adalah para imam Yesuit.

Ketika SD Kanisius Murukan berdiri di daerah Wedi dan Klaten, justru waktu itu  belum ada bangunan gereja. Umat katolik juga masih sedikit. Karena didirikan pada zaman penjajahan Belanda, sudah pasti pendiri sekolah ini juga seorang misionaris asing dari Negeri Kincir Air.

Dasar pendidikan sekolah

Ada beberapa hal yang menjadi dasar pendidikan Sekolah SD Kanisius Murukan yaitu:

  1. Sebagai lahan  pewartaan  Kabar  Gembira atau penyebaran  Injil,  khususnya  melalui pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak kecil, tingkat sekolah dasa
  2. Sebagai sarana pemekaran Gereja dengan mengajarkan ajaran-ajaran Yesus akan semakin banyak orang mengenal Yesus dan menjadi pengikutnya.
  3. Membebaskan kaum  muda penerus  bangsa  dari kebodohan, keterbelakangan  dan  kemiskinan,  melalui pendidikan  dan  pengajaran agar peserta didik berkembang  daya  intelektualnya,  kepribadian  dan  imannya,  sehingga menjadi  manusia  yang cerdas,  aktif,  kreatif,  mandiri,  bertanggung  jawab  dan bermain kepada Tuha

 Perkembangan sekolah

Semula SD Kanisius  Murukan hanya mendidik kaum pria atau anak-anak lelaki saja. Mengingat kebutuhan masyarakat, lama-kelamaan menerima dan mendidik siswa campuran laki-laki dan perempuan).

Sekolah desa yang sederhana ini dididik oleh para guru, yang berasal dari lingkungan sekitar dengan dedikasi yang tinggi. Oleh karena itu sekolah tersebut sangat diminati masyarakat. Murid-muridnya semakin banyak. Akibatnya ruang kelas tempat pembelajaran juga kurang pihak sekolah terpaksa meminjam rumah penduduk sekitar didesa Beji yaitu rumah Bpk. Sutarno untuk digunakan ruang kelas.

Pada tanggal 29 april 1952 dibuka lagi SD Kanisius Murukan II. Sekolah ini berada di Desa Tanjunganom, Kelurahan Gadungan, Kecamatan Wedi. Letaknya persis di samping Timur Susteran AK (Abdi Kristus atau dulu Abdi Dalem Sang Kristus/ADSK) Wedi dan di samping barat Gereja Katolik St. Perawan Maria (SPM) Bunda Kristus Wedi.

Tanah dan bangunan SD Kanisius Murukan II ini adalah resmi milis Susteran AK.

SD  Kanisius  Murukan  II  yang baru  itupun sangat diminati masyarakat. Sehingga murid-muridnya juga banyak.

Sejak awal berdiri sampai beberapa periode,  sekolah ini selalau dikelola dan dipimpin suster-suster AK sebagai Kepala Sekolah dan guru, sehingga terkenal dengan SD Susteran. Karena tenaga suster berkurang, akhirnya sekolah ini dipercayakan kepada awam untuk memimpin/menjadi Kepala Sekolah.

Perkembangan berikutnya pada tgl 1  Agustus 1998 SD  Kanisius Murukan  I dan Murukan II digabung menjadi 1 sekolah dengan nama SD Kanisius  Murukan meskipun terdiri dari dua sekolah yang berbeda tempatnya, berbeda kelurahannya. Dengan adanya penggabungan tersebut, maka Kepala Sekolahnya satu.

Satu kepala sekolah memimpin dua lokasi. Yang jaraknya tidak terlalu jauh. Penggabungan ini bukan karena kekurangan murid. Tetapi atas kebijakan Yayasan dengan tujuan efisiensi tenaga kerja dan menanggulangi defisit yayasan yang terus melambung karena pemerintah selalu menaikkan gaji pegawai negeri.

Masa kini

Memasuki abad ke-20 ini, SD Kanisius  Murukan masih tetap bersinar di mata masyarakat. Bagaikan sebuah mercusuar yang selalu diterpa gelombang dan badai kehidupan, SD Kanisius Murukan tetap tegak bersinar dalam himpitan zaman.

Dalam empat  tahun terakhir ini jumlah siswa terus meningkat, sayangnya pihak sekolah dan yayasan belum bisa mengimbangi kepercayaan dan harapan masyarakat. Terutama dalam penyediaan sarana prasarana pembelajaran belum sesuai dengan perkembangan tehnologi dan perkembangan zaman.

Dalam situasi zaman yang bergejolak ini,  pihak sekolah bersama pihak-pihak tertentu berjuang memenuhi sarana-sarana pendidikan yang dibutuhkan meskipun masih banyak hal yang belum terpenuhi. Bisa diakui, SD Kanisius Murukan kaya siswa, tetapi miskin sarana.

Sarana prasarana di SD ini sangat minim, dan kalah jauh dibadingkan dengan sekolah-sekolah negeri yang semua fasilitas dan saranya selalu dicukupi oleh pemerintah. Namun  hal  yang bisa  dibanggakan dari SD Kanisius Murukan adalah masih tetap miskin dalam sarana pembelajaran, tetapi unggul dalam prestasi.

Buah melimpah

SD K Murukan merupakan lahan tempat menabur benih. Ibarat lahan yang ditaburi benih, dipupuk, dipelihara, akhirnya berkembang dan berbuah. Sang penabur menuai hasilnya.

Demikian halnya karya pendidikan SD K Murukan yang dirintis oleh sang pendiri, diteruskan dan dijalani sampai saat ini, sudah berbuah dan memberikan hasil panen yang sangat berarti bagi Gereja, masyarakat dan bangsa.

Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya para alumnus yang berhasil dalam pendidikan dan bisa hidup mandiri sebagai pengusaha, pedagang, guru, ABRI, dokter, dosen dan menjadi pejabat pemerintah (menteri).

Ada  juga  diantara  mereka  yang menjadi  tokoh  gereja,  dan  membaktikan  seluruh hidupnya sebagai uskup, imam, biarawan dan biarawati.

Buah-buah hasil panen dari SD Kanisius  Murukan merupakan karya nyata dari kepala sekolah dan para guru. Mereka secara langsung menjadi ujung tombak dalam pendidikan.

Inilah daftar Kepala Sekolah SD Kanisius Murukan sejak berdiri hingga tahun-tahun terakhir ini:

  1. Nicodemus Tjakratmadja (ayak kandung alm Romo S  Tjakraatmadja Pr; kakek kandung Romo Agung Wijayanto SJ) – asli dari Desa Karangrejo, Wedi.
  2. Aloysius Sudarso Wignyosudarso, asli dari Desa Jagalan, Wedi.
  3. RY Siswanto, asli dari Beku, Wedi.
  4. Widada.
  5. Sudakir, asli dari Karangasinan, Jogonalan.
  6. Kirja, asli dari Karangasinan, Jogonalan.
  7. M. Yosephin AK
  8. M. Gabriel, AK
  9. M. Yosepha, AK
  10. Sukardi
  11. Yos Sunarno
  12. M. Yacinta, AK
  13. M. Fidentia, AK
  14. Karyanto, S.Pd

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version