Home BERITA Sejarah Misi Gereja Katolik Kaltim: Pastor Antonio Ventimiglia Tinggalkan Macao Menuju Banjarmasin...

Sejarah Misi Gereja Katolik Kaltim: Pastor Antonio Ventimiglia Tinggalkan Macao Menuju Banjarmasin (2)

2
Ilustrasi - Sejarah Misi Gereja Katolik di Kaltim yang dimulai dengan kedatangan Pastor Antonio Ventimiglia di Banjarmasin, Kalsel. (Mathias Hariyadi)

TANGGAL 16 Januari 1688, misionaris imam Ordo Theatin -Pastor Antonino- akhirnya berangkat tinggakan Macao menuju Banjarmasin. Ia pergi tanpa membawa bekal apa-apa, kecuali salib yang dulu dimiliki St. Aloysius Beltrami.

Antonio Ventimiglia tiba di Banjarmasin tanggal 2 Februari 1688. Kala itu, keadaan politik di wilayah Kesultanan Banjar sedang tidak kondusif. Kondisi politik lokal yang tidak aman itu berimbas serius pada misi.

Kondisi di daratan yang tengan dilanda perang saudara itu akhirnya menyebabkan kapal dagang Portugis yang juga ditumpangi Pastor Antonino tidak mendapatkan izin akses bisa membuah sauh. Maka, kapal akhirnya hanya bisa berlabuh di lepas pantai. Dan seluruh awak kapal dan para penumpangnya hanya bisa tinggal di dalamnya.

Saat mulai memasuki masa Pekan Suci, Pastor Antonino Ventimiglia memimpin ekaristi Paskah di kapal. Ketika Perayaan Salib Suci tanggal 3 Mei 1688, dua orang Dayak Ngaju akhirnya bisa datang mengunjungi kapal. Kepada mereka, Pastor Antonino Ventimiglia menyatakan keinginannya agar bisa turun kapal dan kemudian pergi ke daratan dan -kalau bisa- ingin juga boleh tinggal di wilayah pedalaman.

Sebagai kenangan, kedua orang Dayak Ngaju itu kemudian mendapat “hadiah” berupa rosario. Kepada mereka, pastor misionaris Theatin ini juga mengajari tatacara bagaimana seharusnya menghormati salib.

Setelah para pedagang Portugis menyelesaikan kegiatan dagangnya, kapal dagang itu kemudian tarik saungnya dan kembali berlayar ke Macao. Mau tak mau, Pastor Antonia Ventimiglia juga harus kembali ke Macao dan rombongan niaga ini akhirnya kembali tiba di wilayah jajahan Portugis di daratan RRC ini tanggal 23 Juni 1688.

Setelah enam bulan terpaksa tinggal di Macao, Antonino kembali ke Banjarmasin. Ia tiba di Kalsel tanggal 30 Januari 1689. Saat itu, suku Dayak Ngaju sedang berperang melawan Sultan Banjarmasin. Pada 23 Februari 1689, kapal yang ditumpangi Antonino Ventimiglia tinggal di lepas pantai; tidak jauh dari Banjarmasin.

Pada 10 Mei 1689 diadakan Novena Santo Yosef. Pada hari kedua, datanglah seorang bapak, seorang perempuan, seorang remaja dan seorang ibu muda. Dalam pertemuan dengan mereka itu, Pastor Antonino Ventimiglia menyampaikan keinginannya untuk mengajarkan jalan keselamatan. Mereka berharap agar Antonino berkenan tinggal bersama mereka.

Antonino kemudian mendapat gelar Tatu yang artinya “kakek”. Gelar ini merupakan gelar kehormatan suku Dayak Ngaju.

Tinggalkan kapal menuju pedalaman

Pada tanggal 4 Juni 1689 datanglah anak Pangeran Tomugon, Daman bersama pamannya serta 10 orang ke kapal. Mereka bertemu dengan nahkoda. Tapi nahkoda menolak permintaan mereka agar Pastor Antonio boleh diizinkan pergi meninggalkan kapal.

Izin itu semula ditolak, karena keadaan di daratan masih perang. Lantaran terus didesak, akhirnya nahkoda mengizinkan Antonino boleh pergi ke daerah permukiman suku Dayak Ngaju. Pada tanggal 25 Juni 1689 setelah memimpin ekaristi di dalam kapal, maka Pastor Antonino mulai tinggalkan kapal dan kemudian berangkat menuju wilayah pedalaman.

Kala itu, di atas lambung kapal terpancang salib besar dengan tulisan “Lusitanorum virtus et gloria”. Artinya, “Salib adalah kehormatan dan kemuliaan bagi Bangsa Portugis.” (Berlanjut)\

Baca juga: Sejarah Gereja Katolik Kalimantan Timur: Pastor Antonio Ventimiglia, Tokoh Perintis Misi di Borneo (1)

2 COMMENTS

  1. Good afternoon. I noticed that the story of Fr Antonio Ventimiglia (2) ends with the word (Berlanjut) but have not been able to find the continuation of what happened to him after he left the ship in 1689. Could you kindly direct me to the right page. Thank you.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version