BERIKUT ini sejumput kisah tentang proses berdiri dan dibangunnya Taman Doa Alpha Omega di halaman Gereja Santa Maria Diangkat ke Surga Paroki Palur Surakarta, Jateng.
Di tempat ini ada kisah demikian.
A: “Romo, saking pundi?” tanya seorang ibu.
B: “Jember. Romo Koko, wonten?”
A: “Nembe siram. Dipun dhawuhi nengga sak wetawis wonten taman doa.“
Begitu Romo Koko keluar dari pastoran, “Pancen aku omong, yen arep ana tamu, romo saka Jember.”
Lalu, IA bercerita tentang asal muasal batu-batu yang dipakai untuk membuat gua dan lantai taman. Batu itu berasal orang yang keblasuk. Mencari alamat pemesan tak ketemu. “Terus, tak ampirake. Jebul wong Katolik saka Muntilan. Ya, watu terus dibongkar. nJuk, nyuwun disembahyangake,” begitu Romo Koko menjelaskannya.
“Let sewulan wonge rene maneh karo gawa watu. Romo, matur nuwun sembahyangipun. Kula pikantuk pesenan saking Korea. Romo, betah napa malih?“
A: “nJuk, dijenengi apa taman doa iki?“
B: “Wis akeh sing Jawa. Aku pingin sing internasional. Taman Doa Alpha-Omega.“
Pohon beringin rungkat
Hari Minggu 21 Januari 2024 siang kemarin, pohon beringin besar yang ada di kompleks Taman Doa Alpha Omega ini rungkat alias ambruk dan semua akarnya tercerabut dari tanah.
Insiden ini tidak menimbulkan korban jiwa. Tapi, salib milenial Taman Doa Alpha Omega hancur berkeping-keping tertimpa reruntuhan dahan-dahan pohon. Juga, ujung utara atap panti paroki jebol tertimpa reruntuhan.
Baca juga: Pohon Beringin di Taman Doa Alpha Omega Paroki Palur Surakarta rungkat ambruk