Home BERITA Sekilas Surat Paulus Kedua kepada Jemaat di Korintus (2)

Sekilas Surat Paulus Kedua kepada Jemaat di Korintus (2)

0
Misi pengutusan Gereja by Edinboro Community Church.

PAULUS sejak keberadaannya di Efesus sudah mengirimkan sekurang-kurangnya dua surat kepada Jemaat di Korintus pada tahun 54.

Surat pertama yang ia tuliskan rupanya tidak disimpan lagi, tapi disinggung dalam 1Kor. 5:9. Surat yang kedua masih dimiliki dengan nama 1Korintus.

Meskipun ia telah mengirimkan kedua surat tersebut, tetapi tetap saja tidak mengubah perilaku umat di sana, seperti yang diharapkan. bermunculnya rasul-rasul palsu, orang-orang Kristen yang tidak bertobat, (2Kor.12:21).

Karena keadaan ini, Paulus mengunjungi Korintus, namun sangat singkat dan tidak menyenangkan. Kemudian, ia kembali ke Efesus dan di sana menuliskan surat ketiga, surat keras yang ditulis dengan bercucuran air mata (2Kor. 2:4-9).

Surat itu meskipun tidak tersimpan lagi, namun sekurang-kurangnya terdapat dalam 2Korintus, (Bab 10-13). Pada bab tersebut Paulus membela kerasulannya.

Surat ketiga ini membawa hasil baik, Roh Allah menuntun mereka, umat Korintus menjadi sedih dan berubah (2Kor. 7:8-13). Setelah mendengar berita sukacita itu dari Titus, Paulus yang sudah di Makedonia sebelumnya dan telah meninggalkan Efesus, (Tahun 57, Kis. 19:21-20:1).

Menuliskan lagi surat yang kita kenal sekarang 2Korintus. Surat tersebut ditulisnya di Makedonia (Kor. 1-8). Surat ini ditulis  sekitar tahun 55-56 Masehi.

Surat 2Korintus yang dikenal sekarang merupakan lanjutan dari surat 1korintus yang ditulis sebelumnya. Mencakup berbagai topik dan masalah yang dihadapi oleh jemaat di Korintus pada saat itu. Beberapa topik yang dibahas dalam Surat Paulus kepada jemaat di Korintus antara lain:

Pertama, penghiburan dalam penderitaan. Paulus mengajak umat agar menghadapi penderitaan/kesulitan dari perspektif iman. Karena ia bukan saja mendapat penghiburan yang besar namun juga mendapatkan kesulitan/penderitaan.

Kedua, pembelaan diri. Paulus memberikan pembelaan terhadap dirinya dan pelayanannya sebagai Rasul. Ia menjelaskan bahwa pelayanannya adalah otoritas dari Allah dan ia melayani dengan tulus.

Ketiga, pentingnya kasih dan pemulihan hubungan. Paulus menekankan pentingnya kasih dalam hubungan antar sesama. Ia juga memberikan petunjuk mengenai cara menghadapi konflik dan memulihkan hubungan yang rusak.

Keempat, pengajaran tentang kesucian dan kekudusan. Ia menegaskan bahwa sebagai umat Kristen, mereka harus menjauhi kehidupan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah.

Kelima, kebijaksanaan dalam memberi. Ia mengajak umat untuk memberi dengan keikhlasan, sukacita, dengan dasar kasih Allah.

Karya: pelayanan dan pengutusan

Gereja memiliki tugas mewartakan. Setiap orang dipanggil tentu untuk suatu tujuan yakni berkarya dalam kehidupan di mana ia diutus. Karya dalam hal ini adalah suatu tuntutan dinamis menyangkut tindakan-tindakan tertentu dari setiap orang.

Kata karya itu sendiri mempunyai sinonim yakni pekerjaan, atau kerja dengan arti; kegiatan untuk menghasilkan sesuatu; barang apa yang dilakukan, dikerjakan atau diperbuat, suatu tugas atau kewajiban.

Dalam konteks ini, ia mengungkapkan bahwa yang dibutuhkan adalah aksi atau perbuatan.

Sebagai pewarta anggota Gereja memiliki pelayanan. Sedangkan pelayanan berangkat dari Kata dasar layan diberi imbuhan menjadi pelayan; yang merujuk pada orang yang melakukan (suatu tugas).

Pelayanan itu sendiri  merujuk pada cara. Perihal atau cara untuk melayani atau membantu mengurus sesuatu yang orang lain butuhkan. Jadi, dalam pelayanan objeknya adalah orang lain.

Dalam Gereja Katolik, pelayanan sering disama artikan dengan diakonia.

Kata “diakonia” berasal dari bahasa Yunani Kuno: “diakonos“, Kata ini memiliki beberapa arti terkait dengan pelayanan dan melayani. Diakonia adalah istilah yang digunakan dalam konteks Kristen untuk merujuk pada pelayanan atau melayani sesama.

Secara harfiah, “diakonos” berarti “pelayan” atau “pelayan meja.”

Dalam budaya Yunani Kuno, diakonos adalah seseorang yang bertugas melayani makanan atau minuman kepada orang lain. Namun, dalam konteks Kristen, arti kata “diakonia” lebih luas dan mencakup pelayanan secara umum, baik dalam konteks Gereja maupun dalam melayani sesama di dunia.

Diakonia dalam konteks Kristen dapat merujuk pada berbagai jenis pelayanan, seperti pelayanan pastoral, pelayanan di bidang sosial dan kemanusiaan, pelayanan pengajaran atau penginjilan, pelayanan diakonia (diakonat), dan berbagai bentuk pelayanan lainnya.

Pentingnya diakonia adalah mengasihi dan melayani sesama dengan rendah hati, kerendahan hati, dan pengorbanan diri, mengikuti teladan pelayanan Yesus Kristus.

Pada dasarnya, diakonia adalah panggilan dan tindakan melayani orang lain dengan penuh kasih, kepedulian, dan kepentingan bagi kebaikan mereka.

Pengutusan secara harfiah berarti menyuruh orang untuk ke suatu tempat dengan maksud dan tujuan tertentu.

Dalam kehidupan gereja perutusan sudah menjadi suatu istilah penting, yang mengacu pada tindakan seorang murid atau pelayan.

Melayani merupakan tuntutan Ketika mendapat tugas pengutusan.

Pengutusan berarti mengambil peran dalam kehidupan bersama bekerja di tengah-tengah dunia.

Yohanes Paulus II berpendapat dan menegaskan: “Tugas-tugas pengutusan kita tidak hanya, meminta bantuan saja, melainkan juga meminta, keikutsertaan kita di dalam pewartaan, dan cinta kasih kepada sesama” semua yang telah kita terima dari Allah baik hidup maupun segala kepunyaan kita secara materi, bukanlah milik kita sendiri. Melainkan diberikan kepada kita untuk dipergunakan demi kebaikan bersama.

“Jangan menguburkannya di dalam tanah, apa kemampuan kita tetapi baiklah dikembangkan” agar melimpah hasilnya.

Tuntutan dalam perutusan adalah mau untuk memberi dari pada menerima. Hendaknya lebih bahagialah kita apabila memberi lebih banyak dari pada menerima lebih banyak. Sebab segala tugas pengutusan merupakan dasar dari nasihat injil, agar kemurahan hati dalam memberi senantiasa di terangi oleh iman akan Kristus. ‘datanglah dan pergilah engkau diutus’

Tugas mulia sebagai murid Kristus yang diutus adalah memberitakan injil (Kabar Sukacita). Santo Paulus adalah contoh pewarta sejati, ia menegaskan “celakalah aku bila tidak memberitakan injil.” (1Kor.9:16). (Berlanjut)

Baca juga: Karya dalam Pelayanan dan Pengutusan sebagai Murid Kristus (1)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version