SEKOLAH sebagai tempat pendidikan sekarang ini mengembangkan paradigma baru. Yakni, tentang kewirausahaan dengan konsep berbasis kreativitas dan inovasi. Karena ini lebih mencerminkan kebutuhan pendidikan masa kini dan masa depan.
Best practice kewirausahaan menjadi sumber belajar bagi siswa. Itu didasari pada kreativitas dan inovasi warga sekolah. Di sisi lain, hasil kewirausahaan bisa menambah pendanaan sekolah saat pandemi.
Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri antara lain punya kemauan keras mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif dalam kegiatan bernilai. Jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan saja.
Tapi juga dimiliki setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif.
Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan memanfaatkan peluang menuju sukses.
Sebagai sumber belajar bagi siswa, best practice kewirausahaan di sekolah melatih siswa membuat produk, proses pengadaan, pemasaran , pemanfaatan serta pendistribusian bagi masyarakat atau warga sekolah.
Best practice kewirausahaan di sekolah dilandasi pedoman “pengalaman merupakan guru yang terbaik”. Karena itu, “belajar dari keberhasilan dianggap lebih baik daripada belajar dari kesalahan.”
Untuk itu, keberhasilan yang telah dicapai oleh lembaga pendidikan (sekolah) dalam mengembangkan kewirausahaan dapat dijadikan pelajaran berharga.
Untuk selanjutnya bisa diketuktularkan kepada sekolah lain yang juga sedang mencoba namun belum berhasil.
Lalu juga ada upaya meraih keberhasilan seperti apa yang diharapkan.
Sebagai kegiatan yang bisa disebut best practice kewirausahaan perlu memiliki kriteria di bawah ini.
Ciri-ciri best practice
Mengubah hambatan dan ancaman menjadi kekuatan dan peluang untuk berinovasi secara kreatif dan menghasilkan output yang lebih bermanfaat bagi semua pihak (siswa, guru, orang tua, komite, dan masyarakat pada umumnya).
Merujuk pada konsep best practice kewirausaan sekolah, di sekolah-sekolah Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, mulai ada kegiatan yang mengarah pada best practice kewirausahaan sekolah.
Ini dipraktikkan misalnya:
- SMK Kanisius Surakarta yang mengembangkan direct selling penjualan lampu LCD bekerja sama dengan orangtua siswa.
- SMK Kanisius Bharata Karanganyar mengembangkan usaha pemasangan antena yang dilaksanakan para siswa Jurusan Tehnologi Komputer Jaringan.
- TK Imaculata Kanisius Sorogenen mengusahakan pembibitan tanaman.
- SD Kanisius Semanggi memasarkan lilin, face shield, meja belajar anak dan pemasaran produk pendidikan lainnya.
SD Kanisius Sorogenen
Best practice yang dikembangkan SD Kanisius Sorogenen Surakarta adalah praktik pembuatan pupuk cair.
Menurut Kepala Sekolah P. Sunaryo SPd, best practice kewirausahaan sekolah semula dipraktikkan dengan pembuatan pupuk kompos.
Namun kemudian, pembuatan pupuk kompos dihentikan, karena keterbatasan alat yakni tidak memilki alat perajang daun, maka lalu beralih usaha pembuatan pupuk cair.
Pembuatan pupuk ini dilatar belakangi banyaknya limbah daun di sekitar sekolah sehingga muncul pemikiran kreatif untuk membuat pupuk kompos.
Tujuan best practice untuk kegiatan pembelajaran
Modal usaha berasal dari dana BOS, dan bantuan barang serta alat dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Surakarta.
Selain pembelajaran siswa, manfaat yang diperoleh secara ekonomis adalah peluang bisa mendatangkan penghasilan.
Karena selain untuk mencukupi kebutuhan pupuk, hal itu juga dapat dijual dan menghasilkan penghasilan.
Sudah banyak pihak yang menggunakan pupuk cair buatan SD Kanisius Sorogenen seperti sekolah-sekolah lain, gereja dan kantor-kantor baik swasta maupun milik pemerintah.
Dengan best practise kewirausahaan pembuatan pupuk, para siswa semakin mencintai lingkungan dan sekolahnya. Diajak juga memiliki ketekunan yang berguna untuk masa depan hidupnya.
SMP Kanisius 2 Surakarta
Best practice kewirausahaan di SMP Kanisius 2 Surakarta berupa budidaya jamur. Best practice ini dilakukan oleh warga sekolah, wali murid, dan alumni.
Menurut Kepala SMP Kanisius 2 FX Slamet Haryono, best practice budidaya jamur tiram bertujuan untuk membantu pembiayaan pendidikan para siswa.
SMA Kanisius Yos Sudarso Boyolali
Menurut Dra. Melani, best practice di SMA Kanisius Yos Sudarso Boyolali ada beberapa kegiatan yaitu:
- Berkebun tanaman sayuran dan buah.
- Beternak ayam, menthok, dan lele
Awal mula memulai usaha, karena tuntutan kebutuhan hidup sehari-hari untuk anak-anak asrama sekolah, pemanfaatan lahan di lokasi sekolah dan penunjang kegiatan ekstrakurikuler. T
Tujuan best practice ini untuk mengembangkan jiwa wirausaha pada siswa. Modal berasal dari donatur dan bantuan dari Paroki Boyolali.
Kendala yang dihadapi adalah kesulitan membiasakan melakukan kegiatan secara rutin.
Manfaat yang diperoleh cukup banyak. Di antaranya meningkatkan hubungan sosial guru, karyawan dan siswa, mendapatkan hasil material kebun dan ternak, mendapatkan hasil spiritual kehidupan siswa, guru dan karyawan serta mendapatkan keterampilan hidup (life skill).
Hasil yang bisa dipetik berupa produk tanaman aneka sayuran daun dan buah buah-buahan. Produk ternak lele bisa dikonsumsi sendiri dan dijual kepada masyarakat sekitar sekolah.
Selain itu juga mengolah hasil berupa makanan ringan seperti criping pisang dan sebagainya.
Best practice kewirausahaan sekolah memberi keuntungan. Lebih dari sekedar keuntungan finansial. Tapi juga memberi pelajaran untuk memiliki sikap inovatif dan kreatif dalam kehidupan.
Hebat…menginspiratif. Ayo, kawan-kawan kita berinovatif yg menjadikan ciri sekolah. Saya yakin ini bisa menjadi nilai jual dalam perolehan siswa baru. Sukses.