BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN
Selasa, 8 Juni 2021
Bacaan:
- 2 Kor 1: 18-22.
- Mt. 5: 13-16.
KEBAIKAN itu selalu menyebar.
“Bagaimana nih acara tuk tanggal 17 Agustus, bro?,” tanyaku kepada bidang kepemudaan.
“Nggak ada Romo. Biasa aja. Anak-anak masing-masing di sekolah dan di instansi-instansi juga diadakan upacara.”
“Di gereja tidak ada acarakah?”
“Nggak pernah Romo, kecuali misa khusus.”
“Kita selenggarakan yuk upacara di halaman depan gereja. Kita undang saja siapa yang mau.”
“Baik Romo. Nanti saya informasikan ke kelompok.”
Keterbukaan dan kesiapsiagaan untuk melakukan sesuatu sangatlah besar. Dan ini mengagumkan dalam diri umat.
Hanya beberapa hari rencana dan gladi bersih terjadi. Tidak banyak diskusi. Tidak banyak buang waktu, kendati tidak masuk dalam rencana kerja tahunan.
Memang sempat ada pembicaraan berapa banyak yang akan datang karena belum pernah.
“Kita coba saja.”
“Apakah ada acara lain selain upacara?”
“Akan dibuat perlombaan untuk anak-anak.”
Pada saat upacara cukup banyak umat yang hadir. Karena tidak pernah dilakukan sebelumnya.
Sangat menyentuh dan mengharukan.
Upacara berjalan lancar, kidmat. Salah satu penanaman nilai dasar kita adalah 100% Katolik 100% Indonesia.
Selesai upacara, diumumkan ada sarapan pagi bersama. Terasa sekali suasana keakraban dan persaudaraan.
“Gimana kisahnya ini, kok ada acara makan? Dana dari mana yo? Saya nggak dengar dan melihat tuh ada proposal acara ini.”
“Ada donatur pribadi Mo.”.
“Siapa ya?”
“Orangnya nggak mau disebut dan diketahui Romo.”
Dari pengalaman selalu ada pribadi-pribadi yang baik hati. Peka dan tanggap. Tidak banyak diskusi dan komentar, “do something good”.
Sebagai pelayan Gereja, saya menyaksikan dan mengalami begitu banyak pengalaman yang mengagumkan.
Selalu ada pribadi-pribadi yang tidak disangka-sangka dan dengan tangan tersembunyi turut menciptakan suasana dan keadaan dimana kegembiraan, persaudaraan, kasih semakin dirasa.
Paulus meneguhkan, “Sebab Kristus adalah ‘ya’, bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh Dia kita mengatakan “Amin” untuk memuliakan Allah.” ay 20.
Berapa saat kemudian, saya akhirnya mengenal pribadi tersebut dan memang bersahaja.
Tidak banyak tampil mencari sensasi. Hidup keluarganya rukun.
Banyak kesaksian dari karyawan tentang hal-hal baik yang mereka alami.
Keriangan dan keringanan memberi berkat.
Selalu meredakan suasana ke arah kesadaran bersama.
Benarlah apa yang dikatakan Yesus, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan bapakmu yang di surga.” ay 16.
Hidup tidak lagi disibukkan dengan diskusi kosong tanpa henti, rahmat atau kebaikan yang menyelamatkan.
Kadang tak berguna juga.
Tuhan, terpujilah Engkau, sebab Engkau menyelinap dan memberkati setiap hati yang mencari-Mu. Amin.