Home BERITA Selalu Saja Ada Orang-orang Baik Murah Hati

Selalu Saja Ada Orang-orang Baik Murah Hati

0
Ilustrasi: Murah hati (ist)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.

Senin, 9 Agustus 2021.

Tema: Sukacita surgawi.

  • Bacaan Ul. 10: 12-22.
  • Mat. 17: 22-32.

EMPATI adalah sebuah kekuatan batin. Bahkan bibit-bibit keilahian dalam diri.

Hanya dalam tindakanlah, empati berubah menjadi sebuah solidaritas. Ini menjadikan manusia semakin manusiawi.

Israel diingatkan. “Hanya oleh nenek moyangmulah hati Tuhan terpikat sehingga Ia mengasihi mereka, dan keturunan merekalah yakni, yakni kamu, yang dipilih-Nya dari segala bangsa, seperti sekarang ini.” ay 15.

Penerusan iman dalam keluarga merupakan ungkapan syukur atas Firman-Nya.

“Engkau harus takut akan Tuhan, Allahmu,  kepada-Nya haruslah engkau beribadah dan berpaut, dan demi nama-Nya haruslah engkau bersumpah.

Dialah pokok puji-pujianmu dan Dialah Allahmu, yang telah melakukan diantaramu perbuatan-perbuatan yang besar dan dahsyat, yang telah kau lihat dengan matamu sendiri.” ay 19.

Yesus hadir mewartakan kabar baik. Ia meluhurkan dan memuliakan Bapa-Nya. Dengan sebuah cara hidup yang tidak menjadi batu sandungan.

  • Maka, Ia pun membayar pajak masuk Bait Allah.
  • Maka Ia meminta murid untuk bekerja memancing ikan. Bukan bersim-salabim melipat gandakan uang.

Itulah ungkapan cinta-Nya. Biaya pengutusan-Nya. Bekerja, mewartakan kemuliaan dan rencana kasih Bapa-Nya yang semula, sekalipun harus menderita.

“Anak manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan.” ay 22b-23a

Ia sedih. Sekaligus berbelas kasih.

Ia menunjukkan betapa besar kasih Allah dan tindakan-Nya dalam mencintai manusia.

Namun sekaligus, Ia juga menunjukkan jalan yang harus kita tempuh sebagai murid-murid-Nya. Jalan itu adalah jalan salib, jalan solidaritas, jalan persaudaraan, jalan beriman, jalan kemanusiaan.

Paroki Pamanukan

Sejak pertengahan Juli 2021, saya mulai bertugas pastoral di Gereja Bunda Pembantu Abadi Paroki Pamanukan di jalur Pantura.

Sebuah paroki kecil di Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang. Sebuah kontak lintasan dari arah timur di Jateng menuju ke barat: Jakarta.

Jumlah umat pun tidak begitu banyak. Hanya sekitar 600-an dengan dua Stasi Eretan dan Haurgeulis.

Berawal dari niat suci dan kebaikan sebuah keluargalah, maka Gereja Bunda Pembantu Abadi Paroki Pamanukan lalu ada. Benar-benar Gereja Keluarga.

Sungguh betul sekali. Gereja adalah sebuah keluarga. Keluarga Allah, keluarga yang telah ditebus dan dipersembahkan kembali demi Kemuliaan Allah.

Small but beautiful. Saya mengalami hal yang mengagumkan.

Melanjutkan tradisi baik

Suatu saat, seorang ibu yang kebetulan diutus dan dipercaya menangani PSE kirim WA.

“Romo, mohon izin untuk mengeluarkan uang dari kas untuk membantu beberapa keluarga yang terpapar Covid-19,” tulisnya.

“Bagaimana kebiasaan baik di sini?”

“Siapa pun yang terpapar, kami sudah memutuskan memberi bantuan. Mereka yang insoman maupun yang ada di rumah sakit. Tali kasih berupa sejumlah uang dan juga sembako.”

“Uangnya dari mana ya?

“Pasti dari 25% kolekte, tapi itu tidak mencukupi. Apalagi dalam situasi pendemik ini. Gereja akan tutup. Tidak ada kolekte.

Bendahara paroki selalu mengingatkan untuk berkolekte dengan cara mentransfer. Itulah yang menjadi kebiasaan baik. Terlebih, sudah menjadi kebiasaan baik pula. Di antara umat, selalu saja ada donatur teratur yang selalu setia memberikan hati dan perhatian mereka, setiap bulan.”

“Wow… super sekali. Baiklah Bu, silahkan saja. Apa yang baik bagi sesama. Yang telah terjadi dan selalu baik dipraktikkan, ya teruskan saja.”

Memang dengan jumlah dan keadaan ekonomi umat, kiranya kolekte pun terbatas. Running cost juga tidak sedikit.

Tetapi Tuhan sungguh baik. Ia mengobarkan hati di antara umat agar mereka yang kecil, yang miskin, yang sakit tidak terabaikan.

Selalu saja ada pribadi-pribadi baik dan mulia. Walau dia sendiri pun sedang berjuang, berusaha mati-matian sampai berdarah-darah agar usahanya berjalan lancar dan dapat memberi kehidupan bagi para pegawainya.

Orang-orang baik ini mudah tersentuh memikirkan sesamanya. Itulah Gereja, tempat orang belajar dan mewujudkan diri sebagai putera puteri Allah bagi sesama.

Bukankah itu semua adalah buah-buah rohani dari Perayaan Ekaristi yang kita rayakan?

Bermula dari sebuah keluarga yang baik, yang memungkinkan Gereja Paroki Pamanukan benar-benar menjadi ada. Dan, kini gereja paroki yang kecil ini menjadi “rumah doa” bagi semua

Tuhan, terima kasih atas keindahan dan kebaikan-Mu. Amin.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version