BISAKAH kasih lupa akan hakikatnya? Dapatkah dia bosan dan berhenti mengasihi?
Kasih manusia bisa jadi luntur. Namun, kasih Allah tidaklah demikian. Allah bersabda kepada manusia: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.”(Yes 49:15)
Allah yang adalah kasih tidak lelah bekerja untuk mewujudkan kasih-Nya. Sebagaimana Bapa-Nya, demikian pula Putera-Nya.
Maka Dia bersabda:”Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.”(Yoh 5:17)
Dia menghadirkan Allah Bapa-Nya yang memberikan kehidupan. Kehadiran dan karya-Nya tidak dibatasi; juga tidak oleh Hukum Sabat, buatan manusia.
Sikap-Nya itu mengundang amarah dan rasa benci dari orang Farisi. Mereka menganggap Dia menghujat Allah dan merusak Hukum Sabat.
Namun Sang Putera tetap pada keputusan-Nya, karena Dia mengenal siapa Diri dan misi-Nya datang ke dunia.
Ia bergeming menghadapi hujatan dan fitnahan. Bahkan dihukum mati pun tidak menghambat kehendak-Nya untuk melakukan kehendak Bapa-Nya: menyelamatkan manusia.
Demikian pula tokoh-tokoh publik yang memiliki self-knowledge. Mereka tidak terguncang oleh kebencian, fitnahan, dan tuduhan-tuduhan keji.
Semua tantangan justru membuatnya makin matang. Mereka memimpin dengan sikap dan teladan nyata, yakni teguh pada tugasnya; penuh kasih melayani orang-orang yang memberikan kekuasaan kepadanya untuk memimpin.
Benar, kata Rachel Simmons: “Self-knowledge is the foundation of real success.”
Artinya, pengenalan diri adalah landasan sukses yang nyata.
Malang, 3 April 2019