Home BERITA Semakin Dekat dengan Tuhan

Semakin Dekat dengan Tuhan

0
Imam bersama sebuah keluarga di Hong Kong

SUNGGUHKAH hidupku dekat dengan Tuhan? Apakah seluruh anggota keluargaku sudah dekat dengan Tuhan?

Yang bisa menjawab kedua pertanyaan ini adalah diri kita sendiri. Tidak butuh waktu panjang, kita langsung bisa memberikan jawabannya saat ini juga.

Itulah pengalamanmu, lebih kurangnya dirimu yang tahu. Usaha kita untuk mendekatkan diri dengan Tuhan bisa dilihat sebagai pengalaman yang begitu unik. Satu dengan yang lain, berbeda prosesnya.

Itulah sebabnya, tidak seorang pun boleh “menghakimi” dan “menilai” tentang kedekatan kita dengan Tuhan.

Dalam hal ini, saya pun tidak mau “menghakimi”. Yang saya lakukan adalah bertanya saja dengan dua pertanyaan di atas, lalu yang berhak menjawab adalah diri kita sendiri.

Dari banyak kisah di Kitab Suci, kita bisa melihat betapa sejak awal mula, Tuhan selalu mempunyai kerinduan untuk dekat dengan manusia, ciptaanNya.

Di Taman Eden-Firdaus, Tuhan begitu dekat dengan Adam dan Hawa. Bahkan kita bisa membayangkan bahwa keduanya menikmati kehangatan relasinya dengan Tuhan. Semuanya berubah, saat keduanya tidak taat dan jatuh dalam dosa.

Meskipun manusia jatuh dalam dosa ketidak-taatan, Tuhan tetap setia menyertai dan melindungi. Karena dosa Adam dan Hawa inilah, manusia punya kecenderungan untuk tidak taat kepada Tuhan dan berbuat dosa.

Itu artinya, manusia punya kecenderungan menjauh dari Tuhan, tetapi berbeda dengan Tuhan, Dia selalu mendekat kepada kita.

Dia mencari kita yang “menjauh” dan berusaha untuk “bersembunyi”. Mudah bagi kita untuk “menjauh” dan “bersembunyi”, tetapi ingat, mudah juga bagi Tuhan untuk “mencari” dan “menemukan” kita.

Jika kita refleksikan lebih dalam, memang keduanya, Tuhan dan kita sudah punya “chemistry” untuk saling dekat.

Lihat contoh berikutnya: Abraham dan Musa yang disebut sebagai “friends of God” (Baca Keluaran 33:11), Daud disebut sebagai “a man after God’s own heart”, lalu Nuh ditampilkan sebagai pribadi yang mempunyai relasi yang begitu hangat-dekat dengan Tuhan.

Bahkan Nuh itu mendapatkan kasih karunia di mata Tuhan (Baca Kejadian 6:8).

Itulah Tuhan yang kita miliki, jika sudah dekat dengan kita, segala karunia siap diberikan kepada kita. Apakah dengan kisah-kisah ini, kita tidak tertarik untuk dekat dengan Tuhan dan membawa seluruh anggota keluarga kita menjadi dekat dengan Tuhan?

Sekarang pasti ada yang bertanya, bagaimana caranya supaya kita bisa dekat dengan Tuhan?

Saya tidak ingin memberikan teori yang rumit. Caranya sederhana saja.

Intinya ini: “Friendship with God is built by sharing all your life experiences with Him”. 

Ooo, berarti harus bisa bersahabat dulu dengan Tuhan, lalu bisa cerita dengan Tuhan, dan akhirnya punya relasi yang semakin dekat dan akrab.

Cukupkah seperti itu? Ooo, ternyata ada tuntutan lain, yaitu ada waktu bersama dengan Tuhan.

Sekarang, setelah kita sudah bisa berkumpul dan punya waktu bersama keluarga, kita ajak mereka untuk berdoa dan membangun relasi dengan Tuhan. Mulai saja, pasti nanti dengan sendirinya, kita bisa merasakan persahabatan dengan Tuhan.

Amin, jika ada yang mempunyai pengalaman kedekatan seperti Abraham, Musa, Adam dan Nuh sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Suci.

Bagaimana? Lakukanlah.

Pesan dari Kitab Suci sangat jelas agar kita dan keluarga kita semakin dekat dengan Tuhan, yaitu, “Pray all the time – Tetaplah berdoa” (Baca 1 Tessalonika 5:17).

Dengan cara semacam ini, kita hendak meneladan Keluarga Kudus Nazareth: Yosep, Maria dan Yesus yang menjadi dekat satu sama lain karena hadirnya Tuhan di tengah-tengah kehidupan mereka. Yesus, Sang Immanuel, telah menjadi tanda yang paling nyata dari kehadiran Tuhan itu.

Maka, sekarang bersama dengan seluruh anggota keluarga, kita hadirkan Yesus, Sang Immanuel yang sudah dekat ini, supaya menjadi semakin dekat lagi dengan keluarga kita.

stayhome #stayhealthy

keepstrong

Hong Kong, 17 April 2020

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version