Doa merupakan bagian penting dari hidup kaum beriman. Awal masa prapaskah (hari Rabu Abu) diwarnai dengan bacaan yang berbicara tentang sedekah, doa, dan puasa (Matius 6: 1-6.16-18).
Sabda Tuhan hari ini (Yesaya 55: 10-11 dan Matius 6: 7-15) berbicara tentang semangat yang menjiwai setiap doa. Apakah semangat yang mesti menjiwai doa-doa kita?
Nabi Yesaya menegaskan bahwa kehendak Tuhan pasti terwujud (Yesaya 55: 11). Dalam setiap doa, orang dituntut meyakini hal itu.
Doa manusia dikabulkan bukan karena jumlah kata-kata yang diucapkan, melainkan tergantung pada iman yang menjiwainya. Itulah yang dikatakan Yesus.
“Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.” (Matius 6: 7).
Selanjutnya, Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami yang terdiri dari dua bagian besar. Yang pertama berbicara tentang Tuhan (Matius 6: 9-10) dan yang kedua tentang manusia dan kebutuhannya (Matius 6: 11-13).
Bagian pertama mengajarkan agar kehendak Tuhan terjadi di bumi (dalam hidup ini) seperti di dalam surga. Nabi Yesaya menegaskan bahwa sabda dan kehendak Tuhan tidak akan kembali kepada-Nya sia-sia atau tanpa menghasilkan buah (Yesaya 55: 10-11).
Bagian kedua dari doa Bapa Kami menyajikan kebutuhan inti yang perlu orang mohon kepada Tuhan, yakni rejeki dan pengampunan (Matius 6: 11-12). Rejeki itu kebutuhan jasmani, sedang pengampunan adalah kebutuhan rohani.
Bila permohonan dalam doa Bapa Kami terkabul, manusia tidak perlu memohon yang lain secara bertele-tele. Jadi, doa itu mesti disampaikan dengan penuh iman, karena imanlah yang menjadi jiwa atau semangat setiap doa.
Selasa, 28 Februari 2023
Alherwanta, O. Carm.