Home BERITA Seminar Kebangsaan di Unika Widya Mandala Surabaya: Sumpah (Mati), Aku Cinta Indonesia

Seminar Kebangsaan di Unika Widya Mandala Surabaya: Sumpah (Mati), Aku Cinta Indonesia

0
Seminar kebangsaan di Unika Widya Mandala Surabaya, Oktober 2017. (MIchael Andrew

SETIAP tahun umumnya banyak orang Indonesia merayakan sekaligus memaknai kembali Hari Sumpah Pemuda. Pada kesempatan kali ini, Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) Surabaya bekerja sama dengan Forum Rohmatan lil-Al-Amin (Forla) Surabaya mengadakan acara Seminar Kebangsaan yang mengambil tema “Sumpah (Mati), Aku Cinta Indonesia.”

Pada kesempatan itu,  hadir beberapa tokoh lintas agama dan golongan Jawa Timur yakni Pdt. Simon Filantropa (Ketua PGI Wilayah Jatim), Pdt. Yoses Rezon Suwignyo (GKI Sidoarjo), K.H. Muhammad Zakki (Pendiri Pondok Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo), I Wayan Suraba (Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Cabang Surabaya), Romo Eko Budi Susilo (Vikaris Jenderal Keuskupan Surabaya), dan lain-lain.

Tak hanya itu, acara yang berlangsung  Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) ini dihadiri pula beberapa organisasi lintas agama maupun lintas golongan seperti Roemah Bhinneka, Indonesia Tionghoa (INTI), Majelis Tinggi Agama Konghuchu (MATAKIN), GusDurian, Pemuda Ansor, Jemaah Ahmadiyah Surabaya, Kaum Penghayat Kepercayaan terhadap Tuhan yang Mahaesa, dan masih banyak lainnya.

Ketua KWI sekaligus Uskup Agung KAJ Mgr. Ignatius Suharyo tampil dalam sebuah program acara seminar kebangsaan di Unika Widya Mandala Surabaya, 26 Oktober 2017. (Michael Andrew)

Seminar kebangsaan itu penting

Kuncoro Foe, Rektor Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya,  mengatakan  penting menghidupkan kembali semangat antusiasme untuk senantiasa mencintai Indonesia di tengah-tengah kemajuan zaman. Oleh karenanya,  ia mendukung sekali acara semacam ini terutama berkaitan dengan seminar kebangsaan.

Seminar ini dimeriahkan oleh Paduan Suara dari SMA Katolik St. Louis 1 yang mana kelompok paduan suara ini telah memenangi berbagai kejuaraan internasional.

Salah: negara agama

Tak kalah menariknya seminar ini mengundang tiga pembicara utama yaitu Mgr. Ignasius Suharyo (Ketua KWI sekaligus Bapak Uskup Keuskupan Agung Jakarta), Pdt. Albertus Patty (Ketua IV PGI), dan K.H. Masdar Farid Mas’udi (Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama).

Ada beberapa hal yang menarik disampaikan dari masing-masing pembicara.

Kiai Masdar, misalnya, mengatakan penting sekali membedakan antara agama dan negara. “Agama itu ada untuk manusia dan manusialah yang beragam,” kata dia.

“Sementara itu, negara tidak bisa beragama sebab beragama itu berasal dari hati yang mana hati itu hanya ada di dalam diri manusia. Adalah sebuah kekeliruan apabila memaksakan negara harus berdasarkan negara agama,” tandasnya.

Sementara, Pdt. Albertus Patty melihat perspektif berbeda dalam seminar ini. Ia  membahas perkembangan perlakuan anak muda zaman sekarang yang cenderung tak acuh terhadap kondisi bangsa sekaligus telah menjadi “korban” perkembangan modernisasi.

Pdt. Patty mengatakan ini.  “Anak muda harusnya sadar dan tetap menunjukkan sikap kritis terhadap perkembangan zaman seperti para pemuda pada era persiapan kemerdekaan. Justru adanya pemuda-pemuda yang kritis tentunya bisa menghasilkan suatu gerakan yang senantiasa baru,” katanya.

Hal ini dapat kita lihat bersama dalam perkembangan sejarah para pemuda bangsa Indonesia berhasil melakukan banyak sekali terobosan seperti Sumpah Pemuda, Peristiwa Rengasdengklok, dan lain-lain.

Generasi muda peduli nasib bangsa. (Ist)

100% katolik, 100% Indonesia

Mgr. Ignatius Suharyo menerangkan, sebagai orang beragama,  idealnya kita mengekspresikan nilai-nilai agama dai kehidupan bermasyarakat. Ia menyampaikan bahwa orang Indonesia, terutama orang katolik Indonesia,  idealnya tetap menjunjung tinggi semangat 100% Katolik 100% Indonesia.

Sederhananya, menurut Mgr. Suharyo, dalam Doa Syukur Agung khas Indonesia terdapat Doa Syukur Agung Kemerdekaan Indonesia. Hal ini unik, karena sejak awal orang Katolik Indonesia dituntut senantiasa tetap menjadi seorang Indonesia sepenuhnya sekaligus seorang Katolik sepenuhnya.

Keduanya perlu bergerak harmoni dan mewujudnyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pada penghujung acara, seluruh peserta diminta berdiri dan ‘bersumpah’ kembali mengucapkan sesanti  “Sumpah Cinta Indonesia”.

Ada pun isi sumpah tersebut adalah:

Kami, bangsa Indonesia bersumpah:

  • Mencintai satu negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
  • Mencintai satu bangsa, Bangsa Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
  • Mencintai satu Indonesia, Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version