KETERBATASAN bergerak ke luar kompleks Seminari Mertoyudan tidak membuat para seminaris cuek terhadap kondisi masyarakat yang tengah berjuang mengatasi Covid-19.
Sebagai seorang calon imam, mereka tergerak untuk peduli membantu para korban Covid-19. Meminjam istilah dokumen Gaudium et Spes, kegembiraan dan harapan masyarakat menjadi kegembiraan dan harapan para seminaris. Suka duka masyarakat menjadi suka duka para seminaris.
Selain mendoakan mereka setiap hari, para seminaris juga membuat gerakan “Bersama Seminari Membeli untuk Berbagi”.
Gerakan ini di bawah koordinasi Pamong Umum bekerja sama dengan OSIS Seminari. Mereka membuat tote bag atau tas seminari dengan sistem pre order, lalu pemesanan dan pengiriman secara online.
- Kontak person pemesanan dengan Fr. Y. Kristi Andayanto, frater calon imam Diosesan Semarang yang sedang menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Seminari.
- Pembayaran ditangani oleh Fr. Sonny Sutanto, frater calon imam Diosesan Jakarta yang sedang menjalani Tahun Orientasi Pastoral di Seminari.
Sangat luar biasa dukungan dan tanggapan umat dari berbagai tempat. Mereka berasal dari Magelang, Yogyakarta, Solo, Semarang, Klaten, Tegal, Bandung, Surabaya, Malang, Jakarta, dan beberapa kota lain di luar Jawa.
“Pemesanan tas atau tote bag dengan sistem pre order. Harganya 75 ribu per tas. Tote bag yang dipesan ada 1.774 pcs. Padahal prediksi kami hanya 300-an tote bag”, tutur Fr. Kristi.
Pengiriman pemesanan dilakukan sampai tiga tahap. Hal ini terkait dengan proses produksi dan packing yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Seluruh keuntungan dari kegiatan disumbangkan ke KARINA KAS untuk membantu para korban covid.
Dari penjualan tas atau totebag seminari tersebut, terkumpul dana yang disumbangkan sebesar Rp 108.682.552,-.
Diserahkan kepada Seminari
Dana tersebut sudah disalurkan melalui Karina KAS pada tanggal 12 Mei 2020. Tanda bukti terima diserahkan oleh Rama Martinus Sutomo Pr (Direktur Karina KAS) kepada Rama Leo Agung Sardi SJ (Rektor Seminari Mertoyudan) di Seminari Mertoyudan.
Sejak diumumkannya adanya virus Covid-19 ini, komunitas Seminari Menengah Mertoyudan melakukan berbagai kebijakan.
Demi mencegah dan mengurangi menyebarnya wabah Covid-19, Staf Seminari memutuskan bahwa para seminaris tetap tinggal di seminari.
Menurut Rama Leo Agung Sardi SJ, Rektor Seminari Mertoyudan, kebijakan ini dibuat demi pembinaan yang integral dalam tiga bidang, yakni Sanctitas (kesucian atau kerohanian), Scientia (pengetahuan atau hidup studi), dan Sanitas (kesehatan).
Mereka tetap menjalani pembinaan atau formatio di seminari secara integral.
Proses belajar mengajar ditempuh dengan beberapa metode, seperti: bapak/ibu guru memberi tugas, model pembelajaran daring atau online dengan google classroom, para staf seminari tetap mengadakan tatap muka di kelas, dan kehadiran guru dibatasi mengikuti protokol yang dibuat.