PENJUBAHAN merupakan momen sangat berarti bagi setiap calon imam yang menjalani masa formatio di Seminari Tinggi. Pada saat inilah para calon frater menerima jubah pertama kali sebagai bentuk peralihan dari dunia sekuler menuju rohani.
Bukan karena momen foto bersama saat mengenakan jubah, atau mengubah penampilan secara fisik atau menjadikan jubah sebagai pakaian harian.
Lebih dari pada itu setiap frater mulai menjalani hidup baru sesungguhnya sebagai seorang calon imam.
Tahun Rohani
Masa Tahun Orientasi Rohani merupakan salah satu jenjang pendidikan calon imam diosesan yang harus ditempuh setelah para calon imam diosesan menyelesaikan studi di seminari menengah (setingkat SMA).
Masa Orientasi Rohani juga merupakan salah satu jenjang persiapan sebelum memasuki Seminari Tinggi (setingkat perguruan tinggi).
Kurang lebih selama setahun, para calon imam diosesan mengalami pembinaan secara khusus baik kepribadian, kerohanian sekaligus pengenalan (orientasi) dan penghayatan spiritualitas imam diosesan.
Setelah melalui masa pendidikan kurang lebih setengah tahun, para seminaris TOR dipersiapkan untuk penjubahan yang diawali dengan retret.
Maka dari itu, penjubahan menjadi salah satu momen terpenting dalam sepanjang masa pembinaan calon imam diosesan.
Bertepat di Seminari Tahun Orientasi Rohani (TOR) San Giovanni XXIII Lawang, para pemuda yang telah menyerahkan diri sebagai calon imam diosesan tersebut menegaskan diri mereka untuk menjadi bagian penuh peralihan insan dunia menjadi insan rohaniwan.
Misa penjubahan tersebut dipimpin oleh Uskup Keukupan Malang Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm.
Berlangsung di Kapel TOR dan disaksikan oleh para frater Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII.
Perayaan Ekaristi tersebut juga disiarkan secara daring melalui saluran YouTube agar para umat dapat menyaksikan seremonial bersejarah tersebut di rumah.
Homili uskup
Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan O.Carm. menyampaikan homili yang sangat menyentuh mengenai sifat manusia menurut bacaan Injil hari ini.
Orang-orang Yahudi sangat kagum dan takjub dengan pengajaran Yesus. Mereka berpikir bahwa Yesus adalah pewarta yang handal.
Namun ketika mereka teringat bahwa Yesus adalah keluarga Yusuf Tukang Kayu mereka menjadi kecewa.
Karena merasa dekat dengan mereka, pandangan awal orang-orang berubah seketika dan tidak lagi menghargai Yesus.
“Manusia sering menilai sesamanya dari apa yang kelihatan,” ungkap Mgr. Henricus.
Orang hanya menilai dari penampilan seperti Nabi Samuel ketika harus memilih untuk mengurapi raja Israel mengganti Saul.
Namun Tuhan bersabda kepadanya agar jangan menilai orang dari apa yang kelihatan.
Manusia melihat apa yang kelihatan, Tuhan melihat dengan hati.
Mgr. Henricus juga menjelaskan bahwa penjubahan berarti perubahan dari dunia sekuler masuk ke dalam dunia rohani sebagai calon imam.
Tetapi semua yang ada di tempat itu mulai dari uskup, para romo, dan semuanya tidak memilih diri sendiri.
Misteri panggilan
Misteri panggilan digambarkan secara indah dalam bacaan pertama tentang Nabi Yeremia.
Ternyata Tuhan sudah memilih dan mengenal Nabi Yeremia sebelum ia dikandung ibunya.
“Bukan kita yang memilih Tuhan, tetapi Tuhan yang memilih kita,” tegas Mgr. Henricus.
Juga tidak banyak yang berlatar dari keluarga yang luar biasa, tetapi dari keluarga yang biasa dan sederhana.
32 calon frater
Ada 32 pemuda yang pada hari ini yang menerima jubah yang mengubah penampilan mereka bukan lagi pemuda yang biasa. Itu perubahan hidup yang harus disadari.
Jubah menjadi tanda, tetapi perubahan sikap jauh lebih penting, perubahan cara berpikir yang duniawi itu ditinggalkan karena pilihan menjadi calon imam.
Bapa Uskup berharap semoga pembinaan tahun rohani ini terus berlanjut nanti di Kota Malang hingga ditahbiskan.
Para calon imam mendapat pembimbingan dari para formator yang dengan penuh kasih berusaha mendampingi perjalanan hidup panggilan.
Juga ucapan terima kasih kepada para formator yang bekerja dalam formatio.
Pekerjaan tersebut berat, penting dan penuh tanggung jawab, tetapi tugas tersebut adalah hal yang penting dan mulia untuk membentuk calon imam.
Semoga dapat lahir imam-imam berkualitas, punya dedikasi yang tinggi, jujur, bertanggungjawab, menjadi pewarta yang andal seperti Yesus.
Bapa Uskup juga menegaskan bahwa 7-8 tahun bukan masa yang panjang melihat tugas penting ke depan yang akan diserahkan.
Gunakan waktu sebaik mungkin untuk mengisi diri sendiri walaupun penampilan tidak memungkinkan tetapi kualitas dan hati yang menentukan.
Selanjutnya satu per satu para frater maju ke depan untuk menerima jubah. Namun sebelumnya, jubah-jubah tersebut diberkati terlebih dahulu.
Baru kemudian setiap frater mengambil jubah tersebut untuk dikenakan di ruang ganti yang telah disediakan.
Sembari membawa lilin yang bernyala, para frater yang telah mengenakan jubah berjalan dan menyanyikan lagu angkatan mereka.
Homo proponit sed Deus disponit
Adapun angkatan tersebut merupakan angkatan TOR yang ke-35 dengan motto: “Homo proponit sed Deus disponit” yang berarti “Manusia merencanakan, tetapi Tuhan yang menentukan”.
Dengan semangat rendahati, para frater berjalan dengan mantap dan tegas dalam formatio selanjutnya.
Semoga tetap semangat dan perjuangan dalam panggilan terus berlanjut.
Dokumentasi: Fr. Ricky Pabayo.
Semoga semua frater yang menerima jubah lanjut ke Seminari Tinggi Interdiosesan Malang dan tetap setia sampai Tahbisan Imamat. Tuhan Memberkati para frater dan ortu masing-masing.