Jumat, 22 April 2022
- Kis. 4:1-12.
- Mzm. 118:1-2.4.22-24.25-27a.
- Yoh 21:1-14
KEHIDUPAN yang penuh dengan tantangan sering sekali membutakan hati dan pikiran kita untuk melihat dan merasakan kasih penyertaan Kristus.
Sering sekali bayangan kegagalan serta ketidakmampuan menguasai hidup, sehingga kita tidak lagi punya keberanian untuk mengambil keputusan, bahkan untuk tetap hidup dengan mengandalkan Tuhan.
Biasanya orang yang putus asa, dan mengalami kekecewaan akan menarik diri dari komunitasnya.
“Saya merasa tidak ada gunanya, berada dalam tim kerja ini,” kata seorang bapak.
“Setiap masukan dan usulan yang saya berikan selalu ditolak dan tidak pernah didengarkan,” lanjutnya.
“Banyak keputusan yang sepertinya sudah diskenariokan sebelum rapat, hingga rapat hanya formalitas untuk mengesahkan ide orang-orang tertentu,” ujarnya.
“Saya lebih baik mundur dari kepengurusan,” tegasnya.
“Apakah yang diputuskan dalam rapat itu punya dampak yang baik bagi Gereja atau tidak?” sahut sahabatnya.
“Jika keputusan rapat itu, menghasilkan dampak yang baik dan benar bagi Gereja, mestinya kita ikut senang dan mendukungnya,” lanjutnya.
“Keputusan apa pun yang sudah diputuskan dalam rapat kita harus hargai dan berusaha menjalankan keputusan itu, terlepas usulan dari siapa pun,” sambungnya.
“Jangan karena bukan ide kita lalu kita tidak mendukung, bahkan memboikotnya, jika seperti itu justeru kita yang tidak punya komitmen yang baik, bahkan menjadi penghalang,” katanya.
“Keberhasilan sebuah organisasi bukan melulu ide kita yang harus dipakai, melainkan ketika kita bisa satu kata, satu tindakan sesuai dengan keputusan yang telah disepakati bersama,” sambungnya lagi.
“Kita boleh kecewa, dan mengevaluasi kinierja, dalam forum yang ada bukan di luar dengan orang-orang yang tidak ada kaitannya dengan organisasi. Jika itu terjadi tidak akan mengubah apa pun,” lanjutnya lagi.
“Keberhasilan organisasi bukan sekadar ditentukan oleh pengalaman kita, melainkan oleh komitmen untuk bekerjasama,” tegasnya.
“Setiap kali kita berkumpul, kita mengawali dan mengakhiri pertemuan dengan doa bersama, dan selalu mohon kehadiran Tuhan, mestinya kita sadari bahwa keputusan apa pun dalam pertemuan bukan semata-mata karena ide seseorang melainkan karena kehendak Tuhan yang telah kita mohon penyertaan-Nya,” tegasnya lagi.
“Maka keberhasilan dalam sebuah karya bersama, bisa kita yakini karena kemurahan hati dan campur tangan Tuhan,” ujarnya lagi.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
Kata Yesus kepada mereka: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?”
Jawab mereka: “Tidak ada.”
Maka kata Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.”
Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.”
Para murid merasakan campur tangan Tuhan begitu jugalah kita merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap langkah hidup kita.
Kesetiaan kepada Tuhan memang perlu terus diuji dengan banyak pengalaman hidup baik secara pribadi juga di dalam persekutuan.
Sehingga pada akhirnya kemurnian iman kita memang harus terus diuji utuk mendapatkan kemurnian.
Oleh karena itu Kebangkitan Yesus menjadi kekuatan serta pengharapan bagi orang percaya bahwa yang bertekun dalam iman percaya akan mampu dan menang di dalam menghadapi kenyataan hidup.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku bisa melihat campur tangan Tuhan dalam hidup menggerejaku atau aku sekadar memperjuangkan pikiran dan gagasan pribadiku?