TIDAK ada kata lain, kecuali ingin menaruh hormat, menunjukkan kasih sayangnya kepada Sang Gembala Keuskupan: Alm. Mgr. Johannes Pujasumarta. Sepanjang jalan dari Semarang menuju Yogyakarta, umat katolik menanti kedatangan iring-iringan mobil pembawa jenazah alm. Mgr. Puja.
Sengaja tidak memilih jalur tol menuju Bawen agar umat bisa ‘melihat’ jenazah Uskupnya dari jarak pandang jauh dan cepat. Di sisi kanan-kiri jalan, ratusan umat katolik terdiri dari anak-anak sekolah, orangtua melambaikan tangan tanda sayang dan hormat kepada Sang Uskup.
Menurut laporan pandangan mata yang menyaksikan peristiwa yang mengharukan ini, sesampai di Ambarawa, terlihat banyak para guru, suster, siswa melakukan ritual yang sama. Pun pula, ketika mobil pembawa jenazah sampai di Jambu, Bedono, banyak umat melambaikan tangan sembari membawa daun palma.
Di tempat lain, orang memotong daun pisang dan melambaikan daun pisang ini untuk menyapa Sang Uskup.
Sampai di depan Seminari Mertoyudan dimana para seminaris berdiri berjejeran, alm. Mgr. Pujasumarta mendapat ‘hadiah’ iringan dua lagu. Begitu pula ketika melewati barisan jalan di kawasan Muntilan, banyak orang menabur bunga di tepi jalan.
Saat berlangsung misa requiem hari Kamis petang ini, ribuan orang rela mengikuti misa ini dari jauh, di luar kapel seminari yang memang berukuran kecil. Untuk bisa melihat peti jenazah, begitu tutur HY Susmanto kepada Sesawi.Net, butuh waktu 1 jam berdiri antri.
“Itu pun masih berjarak 40 meter dari peti jenazah,” tutur salah satu motor Gerakan Orangtua Asuh untuk Seminari dan pembina Yayasan Bhumiksara ini.
Kala Romo Ignatius Sumarya SJ meninggal dunia dan dimakamkan di Girisonta, Ungaran, Oktober 2013 silam, alm. Mgr. Pujasumarta juga memperlihatkan sikap hormat dan sayangnya kepada Yesuit asal Sumyang, Paroki Wedi (waktu itu), Klaten, karena di tangan dialah sebagai Rektor Seminari Mertoyudan, ratusan seminaris tengah meniti jalan panjang menuju imamat.
Bahan pemberitaan diolah dari berbagai sumber di medsos.
Kredit foto: Ist/AYP