SUDAH selama sepekan terakhir ini, kondisi fisik Fr. Leo Wiyadi menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Wajahnya tampak lebih segar dan memperlihatkan reaksi motorik dan psikologis yang bagus.
Demikian pengamatan saya, ketika mengunjungi Fr. Leo Wiyadi di sebuah kamar perawatan RS bersama lima orang pasien lainnya.
Awalnya dulu Fr. Leo Wiyadi pernah akan dibawa ke sebuah rumah sakit di Semarang, namun orangtuanya keberatan atas lokasi rumah sakit yang dianggap terlalu jauh dengan rumah.
Kini, atas dorongan moral dari Ibu Hilaria Widyaksi dari Paroki Banteng Yogyakarta dan juga pensiunan karyawan RS Panti Rapih Yogyakarta, maka Fr. Leo akhirnya diizinkan oleh orangtuanya mendapatkan perawatan dan pengobatan. Terutama untuk mengobati luka di bagian punggung karena efek tidur yang terlalu lama. (Baca juga: Rekap Donasi Amal Kasih untuk Fr. Leo Wiyadi via Paguyuban Sesawi & Sesawi.Net, 14-18 Maret 2016 (5) dan Rekap Donasi untuk Fr. Leo Wiyadi via Rekening PGPM Paroki Wedi – Ndalem 15 Maret 2016 (2)
Setelah sepekan dirawat di sebuah RS, kondisi Fr. Leo sudah mengalamni banyak perkembangan. Luka-lukanya yang dulu banyak, kini sudah mulai bisa disembuhkan satu per satu.
Mulai merespon situasi
Kalau dulu matanya selalu terbuka walau dalam kondisi tidur, kini sudah mulai menutup kelopak saat tertidur. Ia juga sudah mampu memberikan respons terhadap suara dan orang di depannya. Dulu, sebelum dilakukan perawatan, ia bahkan tidak pernah (mampu) memberikan respons kepada ibunya.
Sekarang, ia tengah menjalani terapi syaraf. Tangan yang sebelumnya hanya terkatup kaku di dada, kini sudah mulai bisa digerakkan. Makan dan minum masih disuapi ibunya. Makanan favorit adalah roti regal, alpukat dicampur susu.
Ibu Widyaksi kini tengah membantu menguruskan administrasi BPJS. (Baca juga: Imbauan: Salurkan Sumbangan Fr. Leo Wiyadi ke Paroki, bukan Langsung ke Keluarga)
Foto kredit: Dok. Asty Nugraheni