Home BERITA Serba-serbi Asian Youth Day (AYD) ke-7 di Yogyakarta 30 Juli sd 6...

Serba-serbi Asian Youth Day (AYD) ke-7 di Yogyakarta 30 Juli sd 6 Agustus 2017

0
Poster Asian Youth Day ke-7 tahun 2017 di Yogyakarta.

Indonesia, tuan rumah Asian Youth Day ke-7

Dalam misa penutupan AYD ke-6, 17 Agustus 2014, di Daejeon, Korea Selatan, diumumkan oleh President of the Federation of Asian Bishops’ Conferences (FABC), Mgr. Oswald Gracias, bahwa penyelenggara AYD ke07 berikutnya adalah Indonesia.

Apa itu AYD?

AYD (Asian Youth Day) adalah pertemuan berkala kurun waktu  3-5 tahunan regional kaum muda dari semua negara anggota FABC (Federation of Asian Bishops’ Conferences) beranggotakan kurang lebih 30 negara. Perjumpaan ini bertujuan untuk mempromosikan budaya solidaritas di kalangan Orang Muda Katolik se-Asia dan membangun kesadaran yang mendalam mengenai tugas mereka di gereja dan masyarakat.

Pengalaman AYD memungkinkan orang muda Asia untuk berkumpul di program pembentukan dan merencanakan kehidupan spiritual masa depan mereka dalam konteks Asia.

Dalam perjalanannya,  AYD menjadi wahana ideal yang memungkinkan orang-orang muda Katolik dari berbagai negara dan bangsa di Asia untuk berkumpul karena satu alasan utama,yakni Kristus.

Logo resmi Asian Youth Day ke-7 tahun 2017 di Yogyakarta

Para peziarah muda Katolik diteguhkan imannya melalui kesaksian iman akan Kristus. Melalui berbagai program, pengalaman, bahkan kesulitan yang dihadapi, orang muda Katolik dapat menggali kembali akar iman Katolik, sekaligus diperbaharuinya, khususnya sesuai dengan tema yang diusung.

Harapan selanjutnya, orang muda Katolik dapat melaksanakan pewartaan iman dalam cara dan bahasa orang muda di tempat masing-masing.

Perbedaan antara WYD, AYD, dan IYD

World Youth Day (WYD) pertama kali dicetuskan oleh Paus Yohanes Paulus II. WYD pertama kali diadakan di Roma pada 1984 dengan tema “A Festival of Hope”. Orang muda katolik sedunia tertarik dan menyambut antusias.

Indonesian Youth Day ke-2 tahun 2016 di Manado.

Kegiatan ini terus berjalan sampai sekarang. Begitu banyak orang muda Katolik dari berbagai negara, bahasa, suku, bersuka cita dan bersatu dalam kegiatan ini. Bahkan, semangat ini mendorong orang-orang muda untuk menggelar peristiwa serupa, termasuk di Asia: Asian Youth Day (AYD) dan kemudian berkembang dalam tingkat negara atau dikenal dengan nama Indonesian Youth Day (IYD).

Perbedaan jelas terkait keluasan kegiatan WYD tingkat dunia, AYD benua dan IYD negara.

Perayaan Ekaristi Akbar di Stadion Klabat Kota Manado menandai dimulainya rangkaian program acara Indonesian Youth Day ke-2 di Manado. Sebelumnya, 6.000-an peserta IYD 2016 mengikuti program live in exposure di banyak paroki di Manado. (Mathias Hariyadi)

Gereja Katolik Indonesia mendukung AYD ke-7 tahun 2017

Kegiatan ini baik untuk pengembangan orang muda, maka tentunya didukung.

Pada waktu misa penutupan AYD ke-6 di Daejeon -Korsel bulan Agustus 2014 lalu,  Ketua KWI Mgr. Ignatius Suharyo dan Ketua Komisi Kepemudaan (Komkep) KWI Mgr. John Philip Saklil secara langsung menerima estafet penyelenggaraan AYD. Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) lalu membahas hal-ikhwal AYD-7,  segera setelah menerima estafet salib AYD ke-6 di bulan Agustus tahun 2014 itu alam konsultasi dengan FABC-OLF-Youth Desk. Setelah tema AYD ke-7 berhasil dirumuskan, maka para uskup pada kesempatan  Sidang KWI November 2014 lalu menentukan keuskupan tuan rumah dan akhirnya ditunjuklah Keuskupan Agung Semarang.

Mengapa KWI memilih KAS sebagai tuan rumah dan khususnya Yogyakarta?

Itu karena Kota Yogyakarta dianggap paling cocok dan sangat mendukung tema AYD 2017: “Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia” (Sukacita Orang muda Asia dalam menghidupi Injil di tengah-tengah masyarakat yang multikultur).

Semenjak itu, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang terdiri dari para uskup di Indonesia sangat mendukung kegiatan AYD ke-7 dan meminta secara khusus Komisi Kepemudaan KWI untuk mempersiapkan kegiatan ini.

Justian memegang Salib AYD di Daejeon, Korsel. (Ist)
Ketua KWI Mgr. Ignatius Suharyo dan Ketua Komisi Kepemudaan KWI Mgr. John Philip Saklil dan Sekretaris Komkep KWI RD Yohanes Dwi Harsanto menerima estafet Salib AYD di Daejeon, Korsel, tahun 2014. (Ist)

Tema AYD searah dengan tema IYD

Tema IYD 2016 yang baru saja berlangsung Oktober 2016 di Manado mengambil tema: “OMK: Sukacita Injil di Tengah Masyarakat Indonesia yang Majemuk”.

Baca juga:

Penjelasan Tema dan Program AYD ke-7

“Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia” (Sukacita Orang muda Asia dalam menghidupi Injil di tengah-tengah masyarakat yang multikultur).

Baca juga:   3.000-an OMK dari 29 Negara di Asian Youth Day ke-7 di Yogyakarta 30 Juli – 9 Agustus 2017

Ketua KWI Mgr. Ignatius Suharyo bersama Ketua Komisi Kepemudaan KWI Mgr. Pius Riana Prapdi dan Sekretaris Eksekutif Komkep KWI RD Antonius Haryanto dalam konferensi pers tentang seluk-beluk Asian Youth Day ke-7 tahun 2017 di Yogyakarta.

 

Tujuan Umum

Memberikan kesempatan kepada Orang Muda Katolik Indonesia bersama dengan Orang Muda Katolik se-Asia untuk dengan gembira memperbaharui dan memperdalam iman mereka sebagai murid Kristus dengan menjadi saksi cinta Tuhan bagi sesama dalam konteks Asia yang majemuk dengan belajar, bergaul dan mengalami hidup bersama masyarakat Indonesia yang multi kultur.

 Tujuan Khusus

Tujuan khusus AYD ke-7 adalah sebagai berikut:

  1. Untuk memperkenalkan dan berbagi kesaksian iman Gereja Katolik Indonesia dalam konteks keragaman sosial-budaya-agama dan merawat bumi serta seluruh ciptaan
  2. Untuk mendorong keterlibatan Orang Muda Katolik Indonesia pada khususnya dan Asia pada umumnya dalam menghayati Injil dalam dialog multikultural dan berjuang mewujudkan keadilan sosial dan perdamaian abadi di muka bumi.
  3. Untuk membantu orang muda Katolik Indonesia bersama kelompok beriman, suku dan budaya lainnya mewujudkan gerakan merawat ibu pertiwi dalam upaya pelestarian bumi dan keutuhan ciptaan.
  4. Untuk mengeksplorasi, merenungkan dan berbagi pengalaman iman sebagai Gereja Katolik yang hidup sebagai komunitas dengan budaya di Asia yang majemuk dengan belajar dari kebhinnekaan masyarakat Indonesia.

Kegiatan AYD 2017

Kami membagi kegiatan menjadi tiga tahap yakni Pre-Event, Event dan Post Event AYD.

  • Pre–event: Semua diajak untuk melihat dirinya sebagai orang muda dan berbagai tantangan serta sukacita yang dialami. Selanjutnya dibagikan pada teman-temannya. Ada banyak kisah yang beragam diantara orang muda  relasi mereka dengan keluarga, sikap sosial dan karta sosialnya. Semua menjadi gambar sukacita yang dibagikan. Kita ingin merayakan keragaman dengan jiwa menyatkan dengan semangat dasar berbela rasa (compassionate), berkesanggupan-commited, dan terampil menjalin persahabatan (connected).
  • Pra-Event ini melibatkan semua orang muda di negara-negara Asia, kami menggunakan media sosial untuk membangun relasi, komunikasi dan berbagi kisah serta saling meneguhkan satu sama lain.
  • Event akan diselenggarakan pada 30 Juli sd. 6 Agustus 2017. Sebelumnya akan diadakan Days in the Diocese (30 juli-2 Agustus 2017) di 11 Keuskupan. Barulah pada tanggal 2 Agustus 2017, semua partisipan sudah harus berkumpul di Yogyakarta.

Setelah tanggal 6-9 Agustus 2017,  para pendamping orang muda negara2 akan berkumpul termasuk membahas program post event.

Post event menjadi follow-up sampai kegiatan AYD berikutnya.

Lihat juga http://orangmudakatolik.net/ayd-2017/

Ajakan kepada orang muda

  • Pertama, mari kita bersaksi bahwa multikultur itu indah-menyatukan
  • Kedua, mari kita berjuang untuk tantangan-tantangan yang kita hadapi khsusunya berkaitan dengan kemiskinan, perbedaan budaya dan agama serta lingkungan hidup.
  • Ketiga, mari kita ambil bagian dalam kegiatan ini. AYD sudah dimulai semenjak Pre-Event AYD. Lewat medsos AYD anda akan berkomunikasi dan membangun jaringan dengan teman-teman Asia.

 ————————

Ketua Komkep KWI Mgr. Pius Riana Prapdi:

OMK, Wajah Segar Gereja Katolik Indonesia

(Sapaan ini dirilis KomKep KWI dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda 2016)

Salam sukacita bagi semua.

Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prabdi. (UCAN)

Sahabat-sahabatku, Orang Muda Katolik (OMK) se-Indonesia,

Tanggal 28 Oktober adalah peringatan peristiwa ikhrar pemuda-pemudi dari berbagai kepulauan Nusantara sebelum kemerdekaan. Ikhrar menyatakan kehendak bersama untuk merdeka menjadi satu bangsa Indonesia. Pada peristiwa “Sumpah Pemuda”, pemuda-pemudi seia-sekata meninggalkan kepentingan kedaerahan dan menghargai kemajemukan. Dengan tekad bulat pemuda-pemudi memasuki masa depan yang akan dibangun bersama, dan bahu-membahu menjadikan Indonesia merdeka sebagai rumah bersama.

Peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 adalah fakta sejarah yang menentukan arah berbangsa dan bernegara.

Gelora kemudaan inspiratif yang menggugat dan menggugah dalam generasi Sumpah Pemuda perlu diteruskan dan dikembangkan. Kita sadar bahwa tantangan baru zaman ini dapat menggiring kaum muda meninggalkan “keterlibatan sosial”dan memasuki ruang-ruang “kesenangan diri” lewat narkoba, pergaulan bebas, gaya hidup konsumtif, dan kesempitan cara pandang beragama. Persoalan hidup bersama seperti intoleransi, kemiskinan, dan kerusakan alam lingkungan mungkin tidak masuk radar perhatian orang muda.

Kesempatan peringatan Sumpah Pemuda tahun merupakan saat yang berharga untuk merefleksikan makna kehadiran kita sebagai orang muda di tengah masyarakat.

Orang Muda Katolik adalah bagian dari pemuda-pemudi Indonesia yang dipanggil untuk menghadirkan jejak keterlibatan nyata di tengah suka dan duka masyarakat. Saya percaya bahwa di mana pun Anda sekarang telah dan sedang mengambil peran sebagai murid Yesus di bumi Indonesia. Semua yang Anda lakukan dengan segala talenta, potensi, dan kreativitas menghembuskan kesegaran baru bagi Gereja Katolik Indonesia sekaligus turut membangun wajah Gereja Katolik Indonesia yang tinggal bersama saudara-saudarinya di gugusan kepulauan Nusantara ini.

Sahabat-sahabatku,

Rasa syukur kita sebagai OMK atas kesempatan untuk terus berpartisipasi mengaktualisasikan semangat Sumpah Pemuda menjadi semakin besar karena Gereja Katolik Indonesia sedang mempersiapkan diri menjadi tuan rumah 7th Asian Youth Day (AYD ke-7) atau Pertemuan OMK se-Asia ke-7 pada tahun 2017.

Acara AYD ke-7 berlangsung dari 30 Juli hingga 6 Agustus 2017, terbagi menjadi dua acara, yaitu: (1) live in di 11 keuskupan pada 30 Juli – 2 Agustus 2017 dan (2) acara puncak di Yogyakarta pada 3–6 Agustus 2017.

Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi memberi berkat dalam perayaan ekaristi di Paroki Sepotong, 1 Januari 2017. (Mathias Hariyadi)

Semua OMK berkesempatan untuk menggemakan dan menyemarakkan AYD7 melalui kegiatan-kegiatan menjelang (Pre-Event) AYD7. Bukan suatu kebetulan bahwa saat-saat ini merupakan kesempatan berahmat pula bagi OMK untuk bergerak menindaklanjuti pesan dan niat yang diperoleh dalam Indonesian Youth Day (IYD) di Manado pada awal Oktober 2016 yang lalu dan World Youth Day (WYD) di Polandia pada Juli 2016.

Saya mengundang OMK untuk bergabung dalam berbagai kegiatan menjelang AYD7 tersebut, baik sebagai delegasi maupun bukan delegasi, dengan menghubungi para pengurus OMK Keuskupan.

AYD7 bertema“Joyful Asian Youth! Living the Gospel in Multicultural Asia” (“Sukacita Orang Muda! Menghidupi Injil dalam Konteks Asia yang Multikultur”). Sebagai bahan bagi OMK untuk berefleksi dan menegaskan keterlibatan diri, perkenankanlah saya menyampaikan tiga pokok gagasan dari tema tersebut yang, dalam pandangan saya, menyambung dengan nilai-nilai dalam Sumpah Pemuda.

Semangat OMK dari seluruh keuskupan di Indonesia termasukk kontingen OMK Kota Kinabalu, Serawak, Malaysia mengikuti defile karnaval di Lapangan KONI Sario Manado, menjelang pembukaan misa akbar di Stadion Klabat Manado. (Mathias Hariyadi)
  • Pertama, Gereja Katolik Asia memandang OMK sebagai penerima sekaligus pembawa kabar gembira Injil. OMK dalam aktivitasnya setiap hari tiada henti menciptakan kisah-kisah orisinal bagaimana Injil dihayati dengan penuh sukacita. Melalui kisah-kisah itu aneka kebaruan dilahirkan dan hidup bersama menjadi lebih berpengharapan, seperti kisah generasi 1928 yang memecah kebekuan bangsa yang sedang dijajah dan menawarkan alternatif pergerakan nasional. Di antara OMK,  saya menyaksikan ada sosok yang karena cintanya kepada anak-anak pedalaman Papua memilih untuk meninggalkan segala kenyamanan di Jawa dan menjadi guru bagi anak-anak itu. Ketika pertanian cenderung ditinggalkan orang muda, ada OMK memutuskan menjadi petani, mengolah tanah, dan membangun cinta lingkungan. Lain lagi dengan OMK yang mempunyai keahlian ber-media. Ia bekerja keras menciptakan jaringan media sosial serta berbagi pesan damai dan persaudaraan lintas batas.
  • Kedua, tema AYD7 mengingatkan kita mengenai cara bertindak murid-murid Yesus yang mengalami peristiwa Pentakosta, saat turunnya Roh Kudus, juga saat lahirnya Gereja (bdk. Kis 2). Petrus dan kawan-kawannya sebagai Gereja Perdana membangun hidup bersama yang terdiri dari aneka macam orang dengan situasi masing-masing hingga hidup bersama menjamin kesejahteraan bagi semua tanpa terkecuali (bdk. Kis 4:32-35). Cara bertindak murid-murid itu mengungkapkan tiga karakter dasar, yaitu: (1) berbela rasa (being compassionate), (2) berkesanggupan (being committed), dan (3) terampil menjalin persahabatan (being connected). OMK adalah murid-murid Yesus zaman ini yang terpaut dalam bela rasa dengan sesama, lalu berkesanggupan memilih jalan hidup yang dikehendakinya secara bebas seturut semangat Injil, dan terbuka menjalin persahabatan dengan siapa saja yang berkehendak baik untuk membangun hidup bersama yang lebih manusiawi. Peristiwa Sumpah Pemuda membangkitkan rasa “senasib seperjuangan” dengan rakyat. Maka para pemuda berkomitmen menciptakan haluan pergerakan baru berasaskan persatuan untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
Mengalami ‘kegembiraan Injil’ (Evangelii gaudium) melalui pertemanan, perjumpaan antar OMK dari seluruh keuskupan di Indonesia di forum Indonesian Youth Day ke-2 tahun 2016. (Mathias Hariyadi)
  • Ketiga, tema AYD7 menunjukkan arah pembangunan “Gereja yang hidup” dengan OMK sebagai rasul-rasul terdepan yang tidak pernah kehabisan akal di tengah situasi dunia yang terus berubah. Yang dimaksud dengan “Gereja yang hidup” adalah paguyuban umat beriman yang kesaksian-kesaksian hidupnya secara internal bermakna dan secara eksternal relevan dengan kondisi masyarakat luas. Berbagai inisiatif OMK seturut dengan kreativitasnya masing-masing,baik dalam lingkup komunitas beriman di wilayahnya maupun lingkup semua orang di tengah masyarakat, memberikan nyawa dan darah segar bagi kehadiran Gereja Katolik di Indonesia.

Dengan aneka kreativitasnya yang berdaya ubah saat: (1) melihat (seeing) situasi aktual, (2) mengatakan (speaking) opini terhadap situasi itu, dan (3) memulai (starting) tindakan yang dibutuhkan untuk menjawab situasi yang dihadapi, OMK sesungguhnya sedang menjalankan formasi dirinya sendiri sekaligus membarui dunia sekitarnya. Demikian pula, ketidakterkungkungan generasi 1928 terhadap kondisi penjajahan mampu melahirkan sikap saling respek di antara pemuda-pemudi berbeda suku dan rasa nasionalisme di kalangan yang lebih luas.

Walikota Manado Vicky Lumentut membuka defile karnaval para peserta Indonesian Youth Day ke-2 tahun 2016 di Lapangan KONI Sario Manado. (Mathias Hariyadi)

Sahabat-sahabatku,

Baik generasi Sumpah Pemuda 1928 maupun Anda semua adalah pencipta kisah-kisah keterlibatan yang “membuat hidup lebih hidup”. Melalui surat ini secara khusus saya berharap bahwa Anda tidak ragu untuk berbagi kisah-kisah kehadiran unik Anda sebagai pembawa kabar gembira Injil di mana pun Anda berada.

Bila kisah-kisah Anda semua berjumpa satu dengan yang lainnya di sepanjang Pre-Event AYD ke-7, di antara OMK se-Indonesia terjadi peristiwa berahmat untuk saling belajar dan saling meneguhkan. Dari perjumpaan aneka pengalaman iman, harapan, dan kasih (1 Kor 13:13) tersebut, saya percaya, sedang dilahirkan rasa “sehati dan sejiwa” (Kis 4:32) dari Gereja Katolik Indonesia yang sedang berziarah bersama kalangan masyarakat lainnya.

Panitia AYD ke-7 menyediakan sarana untuk menjalin komunikasi di antara kita, dan juga OMK se-Asia, yaitu alamat email hello@asianyouthday.org dan website http://asianyouthday.org/ yang dilengkapi dengan akun Facebook, Instagram, Twitter, dan Youtube.

Para kontingen setiap keuskupan di Indonesia plus satu kontingen dari Kota Kinabala Malaysia mengikuti defile jelang misa pembukaan Indonesian Youth Day ke-2 tahun 2016. (Mathias Hariyadi)

Selain untuk memperoleh informasi-informasi mengenai AYD ke-7, silakan menggunakan aneka media tersebut untuk berbagi kisah-kisah Anda, baik dalam bentuk tulisan, foto bercerita, atau video pendek. Biarlah pelita Anda yang dinyalakan Allah dengan cinta berada di atas kaki dian sehingga memberi terang cinta bagi siapa saja (bdk. Mat 5:15).

Kita pun berharap bahwa selagi berbagi kisah-kisah hidup itu sedang terjadi Pentekosta Baru, kelahiran Gereja Katolik Masa Kini dengan OMK sebagai tulang punggung – OMK yang compassionate, committed, dan connected; yang kreatif dan tahan banting mengikuti Yesus dalam perjalanan “yang tidak mudah, namun menggembirakan”.

Dengan demikian, dalam doa dan karya kita sebagai OMK yang tersambung dengan spirit generasi Sumpah Pemuda 1928 yang membebaskan, Gereja Katolik Indonesia semakin menemukan panggilan sejatinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia. OMK menjadi generasi yang terlibat berjuang mengatasi berbagai persoalan yang mengancam kemanusiaan, kebersamaan bermasyarakat, kualitas hidup, keutuhan ciptaan, dan semacamnya.

Perayaan iman di kalangan OMK Indonesia di perhelatan Indonesian Youth Day ke-2 tahun 2016 (Mathias Hariyadi)

Salah satu dari generasi 1928, Bung Karno, pernah berujar, “Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin.” Sambil mengingat pesan ini, marilah kita hadirkan jejak di perjalanan hidup kita untuk mencintai Allah dan sesama, dengan lebih berani melihat aneka keadaan faktual di sekitar kita, mengungkapkan opini yang cerdas, dan memulai tindakan yang konkrit, khususnya pada bulan-bulan ini ketika kita semua ingin bergiat menyambut AYD ke-7 tahun 2017.

Selamat merefleksikan dan berbagi kisah kehadiran kita sebagai OMK di tengah masyarakat. Bersama semua pihak yang berkehendak baik, kita percaya bahwa Allah yang memulai pekerjaan baik di antara kita akan menyelesaikannya (Flp 1:6).

Jakarta, 28 Oktober 2016

Pada Peringatan 88 Tahun Sumpah Pemuda

Mgr. Pius Riana Prapdi

Ketua Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version