Home EDUKASI “Service Learning”, Cara Mengajar Terbaru

“Service Learning”, Cara Mengajar Terbaru

0
Ilustrasi: Mengajar

Rektor Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Prof Budi Widianarko menilai, sistem pembelajaran, termasuk di perguruan tinggi harus dikembangkan menyesuaikan zaman.

“Tidak bisa lagi dosen hanya mengajarkan sebatas teoritis karena kemampuan berpikir mahasiswa tidak akan berkembang,” katanya, usai “Workshop On Service Learning for Environmental Action” di Semarang, Jawa Tengah, Selasa.

Menurut Budi, yang menjadi pembicara pada “workshop” itu, dosen harus bisa melayani mahasiswa secara baik, termasuk berkreativitas mengembangkan metode dan sistem perkuliahan agar diperoleh hasil maksimal.

Ia menjelaskan, konsep “service learning” yang sudah diadopsi beberapa perguruan tinggi, termasuk di luar negeri kini akan dikembangkan di Unika Soegijapranata yang diintegraskan dalam mata perkuliahan.

“Konsep ’service learning’ ini semacam kombinasi langkah akademis perkuliahan, pemberdayaan dan pengabdian masyarakat, dan pengembangan kepribadian. Bahkan, kalau bisa diperluas hingga aspek spiritualitas,” katanya.

Budi yang juga pakar lingkungan itu mengakui, mahasiswa tidak bisa hanya dipacu secara akademis tanpa disodori kenyataan yang terjadi di masyarakat, sebab mereka menjadi bagian masyarakat yang memiliki peran penting.

Karena itu, kata dia, konsep “service learning” memang menjadi semacam ajang permenungan bagi mahasiswa, sekaligus belajar banyak hal yang mungkin tidak didapatkannya dengan perkuliahan rutin biasa.

Kebetulan, ia mengatakan bahwa pembahasan “service learning” kali ini difokuskan pada aspek lingkungan sehingga mahasiswa dituntut memiliki kontribusi positif terhadap kelestarian lingkungan dan masyarakat.

Ia mencontohkan, mahasiswa diajak peduli pada bahaya pencemaran makanan yang dijajakan bebas, tak hanya sebatas teoritis namun juga menerjunkan mereka untuk meneliti kadar pencemaran yang ada pada makanan.

“Kami terjunkan mahasiswa meneliti makanan-minuman yang dijajakan pedagang sekitar kampus, juga di mal-mal. Tak hanya itu, mereka harus melakukan ’action’ dengan mengingatkan pedagang jika makanannya tercemar,” katanya.

Dalam bidang lain, kata dia, mahasiswa bisa diterjunkan untuk meneliti seputar kehidupan kalangan masyarakat menengah ke bawah terkait pengelolaan kebutuhan hidup, meneliti komunitas-komunitas masyarakat yang ada.

“Konsep ini rencananya untuk mahasiswa semester empat ke atas. Memang penekanannya lebih pada aspek psikologis, bagaimana membangun kepedulian dan karakter mahasiswa menyikapi persoalan di masyarakat,” kata Budi.

Sementara itu, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unika Soegijapranata Semarang Dr M. Sih Setija Utami menambahkan yang terpenting dari konsep “service learning” adalah refleksi mahasiswa.

“Setelah melakukan ’action’ di masyarakat, mereka harus melakukan refleksi, apapun hasilnya. Yang jelas, refleksi yang dilakukan mahasiswa harus dilakukan dengan penuh kejujuran dan apa adanya,” katanya.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version