SETIAP orang diberi tanggung jawab oleh Tuhan untuk melakukan hal-hal baik bagi dirinya dan sesamanya. Namun sering orang lari dari tanggung jawab. Orang merasa tidak percaya diri saat mendapatkan tanggung jawab yang berat.
Ada seorang ibu merasa hidupnya kurang begitu bermakna. Pasalnya, anak yang dilahirkannya mengalami cacat. Mata anak itu buta. Tidak bisa melihat apa-apa. Ia sudah berusaha untuk memeriksakan mata anaknya kepada para dokter yang ahli dalam bidang mata. Hasilnya, nihil. Tidak ada perubahan. Anaknya tetap buta.
Ibu itu menjadi putus harapan. Ia menyerah kalah. Ia memutuskan untuk meninggalkan imannya. Ia mau berjuang sendiri. Tentang hal ini, ia berkata, “Sudah lama saya mengikuti Tuhan, kok hidup saya belum juga diberkati?”
Ketika ia mulai berjuang sendirian, banyak halangan menghadang dirinya. Ada saja persoalan yang dia hadapi. Akibatnya, ia tidak mengalami sukacita dan damai dalam hidupnya. Padahal anaknya yang buta itu membutuhkan suasana penuh sukacita. Dengan demikian, ia dapat menjalani hidupnya penuh damai.
Ibu itu kemudian menyadari bahwa berjuang sendirian tidak akan menghasilkan apa-apa dalam kehidupan ini. Ia berbalik kepada Tuhan yang ia imani. Ia bersujud syukur di hadapan Tuhan bahwa ia dipercaya oleh Tuhan untuk memelihara anak yang cacat itu. Ia berterima kasih atas kebaikan Tuhan bahwa ia boleh memiliki cinta yang lebih besar.
Kita dipanggil untuk setia
Setiap orang diberi tanggung jawab oleh Tuhan. Tentu saja tanggung jawab itu tidak sama. Ada yang diberi tanggung jawab yang besar. Namun ada pula yang diberi tanggung jawab yang kecil. Semua tanggung jawab yang diberikan Tuhan itu mesti diterima dan dilaksanakan dengan setia.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tidak begitu saja menolak tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada kita. Tuhan pasti telah memberikan rahmat dan kemampuan yang sesuai dengan tanggung jawab itu. Karena itu, kita tidak perlu kuatir dalam melaksanakan tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada kita.
Justru tanggung jawab, meski kecil, kalau dilakukan dengan setia akan menghasilkan buah yang berlimpah-limpah bagi kehidupan bersama. Memang, tidak gampang orang setia pada tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepadanya. Ada saja godaan-godaan untuk tidak setia terhadap tanggung jawab itu.
Untuk itu, orang mesti berani meminta rahmat dari Tuhan untuk menguatkan dirinya, agar tetap setia kepada Tuhan. Orang tidak perlu mengandalkan kemampuan dirinya sendiri. Orang mesti menyerahkan seluruh hidupnya kepada penyelenggaraan Tuhan. Hanya Tuhan semata menjadi andalan dalam melaksanakan tanggung jawab yang diserahkan Tuhan kepada kita.
Mari kita melakukan tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada kita dengan penuh kesetiaan. Dengan demikian, hidup ini menjadi kesempatan untuk melakukan hal-hal baik bagi Tuhan dan sesama. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ, Tabloid KOMUNIO dan Majalah FIAT
Palembang – (masih) Kota Asap
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)