Puncta 8 Agustus 2024
PW. St. Dominikus, Pendiri OP, Imam
Matius 16: 13-23
KETIKA seorang anak ditanya, “Nak, apa cita-citamu? Atau kamu ingin menjadi apa kelak?”
Ada yang geleng-geleng kepala tidak tahu. Ada pula yang menjawab, “Aku ingin berguna bagi Nusa, Bangsa, Negara dan Agama.”
Tetapi kalau ditanya lebih lanjut, berguna bagi nusa, bangsa, negara dan agama itu yang bagaimana? Banyak dari anak-anak itu tidak bisa menjawabnya. Mereka belum memahami apa makna dan isi dari jawaban tadi.
Seperti Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang siapakah Anak Manusia itu?” Kalau hanya menirukan kata orang, jawaban itu mudah.
“Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”
Tetapi Yesus meminta, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
Jawaban dari pertanyaan ini menuntut orang mengenal, memahami, punya relasi dekat dan mendalam dengan Yesus sendiri.
Setelah mengikuti sekian lama dan mengenal karya dan sabda Yesus, Simon mempunyai keyakinan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Ini adalah rumusan keyakinan yang mendalam.
Simon tidak mengikuti apa kata orang. Ia menyimpulkan pengalamannya sendiri berjumpa dan mengenal siapa Yesus. Tetapi paham tentang Mesias oleh Petrus masih perlu disempurnakan.
Buktinya, ketika Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga, Simon menolak-Nya.
Mesias bagi Simon adalah Mesias yang membebaskan Israel dari penjajahan Romawi. Mesias politik dan duniawi. Sedang Mesias menurut Yesus adalah Mesias yang membebaskan manusia dari dosa, akar segala kejahatan kita.
Maka Yesus memarahi Petrus karena tidak memahami isi mesianitas yang diemban-Nya.
“Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”
Jika pertanyaan Yesus itu ditujukan pada kita sekarang, “Menurut kamu, siapakah Aku ini?”
Apa jawaban otentik yang kita berikan kepada Yesus?
Wonogiri banyak bukit berbatu,
Berbatasan dengan Gunung Lawu.
Yesus adalah kekasih jiwaku,
Sungguh aku sangat cinta pada-Mu.
Wonogiri, Bagiku Yesus adalah….
Rm. A. Joko Purwanto, Pr