DALAM Injil kemarin, Yesus mengajarkan tentang mengasihi musuh (Lukas 6: 27.35), tidak menghakimi dan tidak menghukum (Lukas 6:37). Dia juga mengajarkan agar orang mengampuni sesamanya (Lukas 6: 37).
Injil hari ini (Lukas 6:39-42) berbicara tentang perumpamaan orang buta yang menuntun orang buta. Keduanya akan jatuh ke dalam lubang. Yesus juga berbicara tentang murid yang tidak melampaui gurunya (Lukas 6:40).
Bagaimana kita dapat memahami dua perikop itu?
Orang disebut buta ketika mengadili dan menghukum sesamanya serta tidak mau mengampuni. Artinya, buta terhadap kebenaran ajaran Yesus. Bukankah Yesus datang untuk mengampuni; bukan untuk menghakimi dan menghukum?
Para murid Yesus tidak akan melebihi gurunya dalam mengasihi dan mengampuni. Mereka hanya akan sama dengan Dia setelah menamatkan pelajarannya (Lukas 6:40). Mereka mesti menamatkan pelajaran tentang cinta kasih dan tinggal di dalam Yesus.
Barangsiapa tinggal dalam Yesus, dia berada dalam cahaya dan tidak menjadi batu sandungan, tetapi yang membenci saudaranya tinggal dalam kegelapan (1 Yohanes 2:10-11). Mereka yang tidak mencintai adalah orang buta. Mereka tinggal dalam kegelapan rohani.
Mereka tidak mampu melihat kelemahan dirinya yang begitu besar bagaikan balok. Bagaimana mereka dapat melihat kesalahan sesamanya yang hanya selumbar (Lukas 6:42)? Yesus menyebut mereka itu munafik dan mereka mesti membereskan dirinya sendiri lebih dulu sebelum mengoreksi sesamanya (Lukas 6:42).
Mengapa demikian?
Karena balok itu telah membuatnya buta, dia tidak mungkin membersihkan kesalahan sesamanya yang hanya selumbar. Usahanya tidak akan berhasil dan keduanya jatuh ke dalam lubang (Lukas 6:39). Artinya, jatuh ke dalam kegelapan spiritual tanpa seorang pun dapat menyelamatkan mereka.
Sesungguhnya, Yesus sedang berbicara tentang orang Farisi yang disebut-Nya orang buta (Matius 15:14). Mereka yang munafik, suka menghakimi dan menghukum serta tidak mau mengampuni sesamanya juga termasuk di dalamnya.
Apakah kita juga demikian?
Jumat, 13 September 2024
Peringatan Santo Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja
HWDSF