Pasaman Barat, Sesawi.Net –BERPENAMPILAN kalem tak selalu membuat Romo Bernadus “Bernard” Lie Pr senang berdiam diri dan tak banyak bicara. Ketika hadir dalam Konferensi Nasional KBKK (Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan) di Bali Februari 2011 lalu, romo diosesan Keuskupan Padang ini memang lebih banyak “diam” menyikmak berbagai presentasi. Namun, penampilan sangat berbeda dia tunjukkan ketika bertemu 286 anggota Bina Iman Remaja (BIR) dan misdinar dari tujuh paroki di Sumatra Barat, 1-3 Juli lalu.
Tampil menjadi motivator di acara live-in bersama ratusan anggota BIR dan misdinar, mau tak mau Romo Bernard Lie Pr harus “unjuk gigi” memancing motivasi para orang muda katolik (OMK) dan misdinar dari tujuh paroki di Sumatra Barat agar mereka berani menjadi saksi-saksi iman di zaman modern ini. Membawa tema bertajuk “Membangun Semangat Misioner”, Romo Direktur Karya Kepausan Indonesia (KKI) Keuskupan Padang ini menantang para peserta agar berani “keluar dari diri sendiri” dan mulai memedulikan orang lain.
Buang jauh-jauh “batu-semak”
Kepada para perserta live in, Romo Bernard Lie mengajak agar orang-orang muda Katolik ini berani meninggalkan egoisme dan egosentrisme serta membuang jauh-jauh “semak dan batu” yang ada di dalam diri mereka masing-masing. Istilah “batu” oleh Romo Lie dibeberkan sebagai akronim dari sikap benci, angkuh, takut dan usil. Sementara istilah “semak” tak lain adalah akronim untuk menyebut sikap suka sok, egois, malas, acuh tak acuh dan kikir. “Iman kita akan berbuah, kalau batu dan semak dalam diri kita buang”, katanya.
Agar iman bisa menghasilkan buah, tambah Romo Lie, iman harus kita pupuk. Ibarat tanah, maka iman pun harus dipelihara dan dijadikan lahan gembur agar tanaman iman ini bisa menghasilkan buah berlimpah. “Iman harus menjadi gembur alias gembira, etika, mantap, bijaksana, ulet dan rajin. Tuhan memanggil kita apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangan. Kita masing-masing dibuat mampu oleh rahmat Tuhan untuk menjawab panggilanNya,” tegasnya.
Selain Romo Bernard Lie Pr, tampil juga para motivator lainnya yakni Fr. Leonardus Suharno SX yang membahas topik bertajuk “Aku Dipanggil dan Menjawab”. Sementara tokoh perempuan Maria Trinabalisih Harsiki berbicara tentang “Semangat Misioner”.
Pertemuan perdana
Kegiatan live-in dengan para peserta 286 anggota Bina Iman Remaja dan misdinar dari tujuh paroki di Sumatra Barat ini berlangsung di nagari (desa) Mahakarya Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat. Cukup jauh mencapai lokasi kawasan transmigrasi ini dari Ibukota Padang karena transportasi menuju lokasi live-in dan pertemuan ditempuh dengan perjalanan darat selama kurang lebih empat jam.
Inilah kegiatan perdana hasil dari rapat maraton yang lahir dari forum Rapat Pastoral Wilayah (Rawil) –semacam kevikepan, dekenat—di Sumatera Barat Daratan. Tujuh paroki yang mengirimkan peserta itu adalah Paroki Katedral Padang, Santa Maria Tirtonadi Padang, Fransiskus Assisi Padang, Paroki Santa Barbara Sawahlunto, Paroki Santo Petrus Claver Bukittingi, Paroki Santo Petrus Rasul Padangpanjang, dan Paroki Keluarga Kudus Pasaman Barat.
Selama live-in, para peserta dibagi menjadi 77 kelompok kecil terdiri dari 3-4 peserta. Mereka disuruh tinggal menetap-menginap sementara di keluarga-keluarga katolik di stasi. Selama dua hari “berkemah” di keluarga-keluarga asuh tersebut, mereka juga wajib menghadiri berbagai macam sesi pertemuan seperti acara pembinaan, dinamika kelompok, kegiatan liturgi, dan aneka perlombaan antarkelompok dan antarparoki.
Merespon kegiatan perdana dengan peserta antusias dari berbagai paroki, Pastor Gereja Paroki Keluarga Kudus Pasaman Barat Romo FX Hardiono Hadisoebroto Pr mengatakan acara seperti ini tak lain merupakan wujud kesatuan umat Allah yang berasal dari berbagai tempat, dengan aneka latar belakang dan perbedaan, tetapi disatukan dalam satu iman dan wadahnya Gereja. “Dengan tinggal-menginap di keluarga-keluarga baru, kalian akan menjadi bagian dari keluarga itu dan masyarakat sekitarnya”, katanya.
Windy Subanto, penulis dan karyawan Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Padang.