SEJAK dahulu komunitas kristiani berupaya untuk membangun hidup bersama berdasarkan ajaran Yesus. Upaya itu menghadapi tantangan eksternal dan internal. Bacaan pertama (1 Korintus 3:1-9) berbicara tentang salah satu masalah internal mereka.
Santo Paulus menyoroti perpecahan yang terjadi di antara jemaat di Korintus; antara pengikut Paulus dan Apolos. Perpecahan itu menampakkan bahwa mereka belum menjadi manusia rohani yang matang dan sejati. Mereka itu masih manusia duniawi, karena menggunakan dasar manusiawi dalam membangun komunitas mereka.
Mereka membentuk komunitas bukan berlandaskan injil dan Yesus Kristus, tetapi atas dasar kepentingan kelompok dan pemimpin manusiawi mereka. Perpecahan ini merupakan skandal kehidupan Kristen. Mengapa demikian?
Pertama, perpecahan itu bertentangan dengan hukum utama, yakni cinta kasih. Bukankah Tuhan memerintahkan agar mereka mencintai Allah dan sesama (Matius 22:37-39)? Cinta kasih itu menyatukan. Sedangkan perpecahan melawan cita-cita persatuan yang Yesus doakan (Yohanes 17:11).
Kedua, perpecahan itu menunjukkan bahwa mereka tidak membangun hidup komunitas atas dasar Yesus Kristus dan ajaran-Nya. Yesus Kristus memanggil orang kristen untuk mengikuti Dia, bukan mengikuti para pemimpin gereja.
Paulus dan Apolos adalah alat yang dipilih untuk menjadi rekan kerja Allah (1 Korintus 3:9). Paulus hanya menanam dan Apolos menyiram. Yang memberi pertumbuhan ialah Allah. Orang mesti mengandalkan Allah untuk dapat menghayati hidup kristen sejati.
Baik pada waktu dulu maupun saat ini perpecahan itu masih merupakan skandal hidup kristen. Apa pun alasannya, perpecahan itu tidak sesuai dengan amanat Yesus. Orang yang mengaku diri kristen mesti merasa malu melihat perpecahan di dalam internal gereja maupun antar gereja.
Apakah dalam komunitas kita terjadi perpecahan? Bagaimanakah kita berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah itu? Apakah kita mengikuti ajaran Yesus atau berpegang pada kepentingan duniawi?
Rabu, 4 September 2024
HWDSF